Kemiskinan Jawa Tengah, Capres Boneka, dan Pemilu 110 Triliun

Bagaimana praktek Tanam Paksa di Jawa Tengah saat itu?

Secara umum kerugian yang dialami rakyat di Pulau Jawa akibat Tanam Paksa berujung pada masifnya penderitaan dan kemiskinan yang terjadi secara merata.

Beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti Demak dan Grobogan, pada 1848, 1849, dan 1850, misalnya, dilanda oleh paceklik dan bencana kelaparan yang cukup panjang.

Dalam waktu dua tahun jumlah penduduk di wilayah itu dilaporkan berkurang drastis akibat kematian karena kelaparan.

Kekacauan sosial akibat Tanam Paksa  juga terjadi di Rembang, Kedu, Banyumas, dan beberapa daerah sekitarnya.

Sekarang pun rupanya terjadi paralelisme historis. Di bawah Gubernur Ganjar Pranowo yang kini semakin sibuk melakukan pencitraan, lantaran kepingin jadi presiden, jumlah daerah kemiskinan ekstrem di wilayah Jawa Tengah bertambah drastis dari 5 daerah kemiskinan ekstrem menjadi 19 daerah kemiskinan ekstrem.

Ganjar yang banyak disebut oleh  masyarakat sebagai capres boneka oligarki dianggap tidak mengurus rakyat daerahnya sendiri. Sikapnya terhadap kasus tanah Desa Wadas yang banyak dicemooh publik telah memperjelas tidak adanya keberpihakan terhadap rakyat Jawa Tengah.

Belum lama ini dari Sragen, Jawa Tengah,  terbetik pula berita, dalam sehari terjadi tiga kali peristiwa gantung diri yang dilakukan oleh warga di wilayah tersebut, akibat kemiskinan.

Modal pencitraan yang selama ini dilakukan oleh Ganjar esensinya adalah mengulang cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Jokowi menjelang Pilpres 2014, yang terbukti gagal.

Inti pencitraannya adalah kebohongan dan pura-pura memihak rakyat.