Sudi Jawa

Akhirnya dokter yang memutuskan: terus terbang ke Jakarta. Langsung masuk RSPAD. Kembali sehat. Kembali menjabat Mensesneg. Sampai selesai. Bahkan tetap sehat sampai pekan lalu.

Setelah pensiun Sudi tinggal di satu perumahan di Bekasi. Memang di situ rumahnya sejak lama. Agar tidak jauh dari lokasi Cilangkap –markas besar TNI.

Saya sendiri tidak pernah bertanya soal perkembangan sakitnya yang dulu itu. Termasuk apakah punya potensi berkembang menjadi kanker prostat.

Yang jelas Pak Sudi berhasil hidup sehat sampai umur 72 tahun. Ia lahir di Pematang Siantar, Sumut tahun 1949. Ia termasuk punya gelar Siantar-man –yang jadi kebanggaan orang sukses dari Siantar.

Ayahnya memang Batak Tapanuli. Ibunya yang Jadel –Jawa Deli. Yakni keturunan orang dari Jawa yang dipaksa ke Sumut untuk menjadi buruh kontrak di Deli. Di zaman Belanda. Perkawinan itu dilaksanakan secara Islam.

Sudi kecil amat miskin. Tapi tekadnya kuat. Sampai berhasil masuk AKABRI –satu angkatan dengan Pak SBY. Terus dekat dengan Pak SBY. Pun di zaman Pak SBY menjabat Menko Polkam. Pak Sudi sekretaris menkonya. Lalu sekretaris kabinet. Lanjut ke sekretaris negara.

Perkenalan pertama saya dengan Pak Sudi terjadi ketika beliau menjabat Pangdam V/Brawijaya di Surabaya.

Meski namanya Silalahi, Sudi mampu berbahaya Jawa halus. Gerak tubuhnya juga sangat Jawa. Itulah sebabnya ia mendapat gelar Jenderal Batak dari Tanah Jawa. Itu pula judul buku biografinya. Pak Sudi mengirimkan buku itu ke rumah saya. Satu bulan lalu. Lengkap dengan tanda tangannya.