Ulah Trump, Misi Israel Raya, dan Zionism-Plan di Jazirah Arab

Jika dilihat dalam konteks saat ini, Rencana Zionis untuk Timur Tengah berkaitan erat dengan invasi AS ke Irak pada tahun 2003, perang 2006 di Lebanon, perang 2011 di Libya, perang yang sedang berlangsung di Suriah, Irak dan Yaman, belum lagi krisis politik di Arab Saudi.

Proyek “Israel Raya” bertujuan untuk melemahkan dan akhirnya membuat negara-negara Arab tetangga menjadi bagian dari proyek ekspansionis AS-Israel, dengan dukungan NATO dan Arab Saudi. Dalam kaitan ini, pendekatan yang dilakukan oleh Saudi-Israel berasal dari sudut pandang Netanyahu sebagai sarana untuk memperluas wilayah pengaruh Israel di Timur Tengah. Tak perlu diragukan lagi, proyek “Israel Raya” konsisten dengan desain kekaisaran Amerika.

“Israel Raya” terdiri dari daerah yang membentang dari Lembah Nil sampai ke Efrat. Menurut Stephen Lendman, “Sekitar satu abad yang lalu, rencana Organisasi Zionis Dunia untuk sebuah negara Yahudi termasuk: Palestina yang bersejarah; Lebanon Selatan sampai Sidon dan Sungai Litani; Dataran Tinggi Golan Syria, Dataran Tinggi Hauran dan Deraa; dan tentu mengendalikan Kereta Api Hijaz dari Deraa ke Amman, Yordania dan juga Teluk Aqaba.

Sejumlah Zionis menginginkan lebih – tanah dari Sungai Nil di Barat sampai ke Sungai Efrat di Timur, yang terdiri dari Palestina, Lebanon, Suriah Barat dan Turki Selatan.”

Proyek Zionis mendukung gerakan permukiman Yahudi. Secara lebih luas, ini melibatkan sebuah kebijakan untuk mengecualikan orang-orang Palestina dari negerinya hingga mengarah pada aneksasi terakhir, yaitu Tepi Barat dan Gaza ke Negara Israel.2

Israel Raya akan menciptakan sejumlah negara proxy di sejumlah negara seperti Lebanon, Yordania, Suriah, Sinai, serta bagian Irak dan Arab Saudi. (Lihat peta di atas).

Menurut Mahdi Darius Nazemroaya dalam sebuah artikel di Global Research 2011, Rencana Yinon merupakan kelanjutan dari desain kolonial Inggris di Timur Tengah:

“Rencana Yinon adalah rencana strategis Israel untuk memastikan superioritas regional Israel. Ini menegaskan dan menetapkan bahwa Israel harus mengkonfigurasi ulang lingkungan geo-politiknya melalui balkanisasi negara-negara Arab di sekitarnya menjadi negara-negara yang lebih kecil dan ringkih.