Noura, Tahanan Perempuan Palestina Sudah Tiga Minggu Mogok Makan

Diam yang menyimpan kesedihan. Waktu seperti berhenti berputar, dan jam tidak lagi berdetak. Itu suasana hati seorang tawanan perempuan Palestina di jeruji Zionis Israel, Noura Hashlamoun namanya.

Noura ikut dalam aksi mogok makan sejak tanggal 12 Maret 2008 lalu. Ia menolak perpanjangan tahanan atas dirinya untuk ketujuh kalinya. Ia ditahan tanpa alasan dan bukti yang jelas. Ia juga menolak berhenti dari mogok makan sampai ia dibebaskan dan dikeluarkan dari penjara Talmond Israel.

Kedukaan Noura bermula saat ia ditangkap oleh perampas Israel dari rumahnya di kota Al-Khalil, setahun silam. Ia kemudian dipenjara dan mendapat perlakuan kasar selama beberapa minggu sebelum akhirnya ia dijeboskan ke penjara administratif Israel.

Dari satu persidangan hingga persidangan berikutnya, Noura tidak pernah tahu alasan apa dirinya ditahan dan dipenjara. Suaminya, Sami Hashlamoun, juga ditangkap sejak September 2006. Ia juga ditahan di penjara administratif perampok Israel dan dijatuhkan perpanjangan tahanan untuk keempat kalinya. Yang paling membuat hati Noura seperti diiris sembilu adalah, ia mempunyai anak-anak yang sangat dirindukannya. Ada Fida (14), Tahriir (13), Haniin (11), Muhammad (9), Jihad (6) dan Saraya (3). Anak-anak Noura seluruhnya sangat berharap ibu mereka bisa dilepaskan dari penjara, dan apa yang dilakukan ibundanya bisa menggerakkan hati dunia untuk membela kaum Muslimah Palestina yang tersiksa di penjara Israel tanpa bukti dan tuduhan yang jelas.

Menurut Pusat Kajian Tahanan Palestina, pihak penjara Israel memang saat ini tengah khawatir bila aksi mogok makan itu meluas di berbagai penjara, sebagai solidaritas bagi Noura. Tim Bulan Sabit Merah Internasional dan sejumlah lembaga pembela HAM perempuan berupaya menyelamatkan kondisi Noura yang kini sudah sangat kritis karena ia tidak mau membuka mulut. Lembaga HAM menganggap perpanjangan tahanan ketujuh kalinya atas Noura adalah kezaliman terhadap kesepakatan HAM internasional dan hukum kemanusiaan internasional, termasuk kesepakatan Genewa. Saat ini ada sekitar 12 ribu orang Palestina yang mendekam di penjara Israel. Mereka seluruhnya terbagi dalam 30 komplek penjara dan hidup dalam kondisi memprihatinkan. (na-str/iol)