Situasi Masih Tegang, Militer Libanon Perketat Keamanan di Kamp Pengungsi Palestina

Sementara ketegangan di Palestina akibat agresi Israel ke Gaza belum reda, Libanon juga dilanda ketegangan serupa. Baku tembak antara aparat keamanan Libanon dengan kelompok yang disebut-sebut sebagai milisi al-Qaidah, Fatah al-Islam yang terjadi hari Minggu kemarin, berlanjut hingga hari ini, Senin (21/5).

Sumber-sumber keamanan Libanon menyatakan, pasukan Libanon terus melakukan perlawanan terhadap kelompok itu di kawasan kamp pengungsi di utara Libanon. Mereka memperketat penjagaan di sekitar kamp Nahr al-Bared dan mengepung posisi kelompok Fatah al-Islam di pintu-pintu masuk kamp.

Sejauh ini, jumlah korban tewas akibat pertempuran militer Libanon dan kelompok tersebut sejak hari Minggu kemarin diperkirakan mencapai 50 orang. Aparat kepolisian mengatakan, setelah baku tembak yang terjadi sepanjang hari Mingu kemarin, situasi relatif tenang pada minggu malam.

Menurut keterangan Abu Hisham Laila, salah seorang pejabat dari Popular Front for the Liberation of Palestine pada al-Jazeera dari dalam kamp, aparat militer Libanon melemparkan bom-bom secara "membabibuta" sehingga menimbulkan banyak korban di kalangan warga sipil. Semua warga kamp, kata Abu Hisham, tidak ada yang berani keluar rumah dan berlindung di tempat aman di rumah mereka.

"Kami minta ambulan dibolehkan masuk ke kamp pengungsi untuk mengangkut warga sipil yang menjadi korban. Kami juga minta tim pemada kebakaran dibolehkan masuk untuk memadamkan api di banyak gedung, " harap Abu Hisham.

Pertempuran antara militer Libanon dan kelompok Fatah al-Islam terjadi pada Minggu (20/5) pagi, setelah aparat keamanan Libanon menyerbu sejumlah rumah di Tripoli untuk menangkap orang-orang yang diduga sebagai pelaku perampokan sebuah bank.

Dalam penyerbuan itu, tiga anggota kelompok Fatah al-Islam yang dituding beafiliasi dengan jaringan al-Qaidah dan memiliki hubungan dengan intelejen Suriah, tewas. Peristiwa ini memicu kemarahan kelompok Fatah al-Islami yang memiliki markas di kamp pengungsi Palestina di Libanon. Sehingga pecah pertempuran antara keduanya.

PM Libanon Fuad Siniora menuduh kelompok Fatah al-Islam telah berupaya mengganggu stabilitas Libanon dan menyerukan rakyat Libanon untuk bersama-sama mendukung militer dan aparat keamanan Libanon.

Namun juru bicara Fatah al-Islam seperti dilaporkan al-Jazeera, menyatakan sudah dijadikan kambing hitam. Apa yang mereka lakukan adalah upaya untuk membela diri dan mereka membantah punya hubungan dengan al-Qaidah. Fatah al-Islam malah balik menuding pemerintah Libanon lah yang telah menyerang kamp-kamp pengungsi Palestina yang ada di Libanon.

Berdasarkan kesepakatan Arab tahun 1969, militer Libanon dilarang memasuki 12 kamp pengungsi yang menampung sekitar 40 ribu pengungsi Palestina yang ada di sekitar pesisir pantai Libanon. (ln/aljz)