Pertaruhan Bin Salman Bagi Masa Depan Arab Saudi

Eramuslim – Saat ini menjadi masa yang cukup berat bagi Arab Saudi. Putra Mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) kini tengah melakukan berbagai gerakan perubahan, termasuk liberalisasi di sejumlah sektor kehidupan, seperti mengizinkan perempuan menyetir, membuka kembali bioskop, memburu para pangeran atas tuduhan korupsi.

Cepatnya arus perubahan di Saudi ini, termasuk sorotan media Barat, menimbulkan pertanyaan penting: Bisakah perubahan ini bertahan di Saudi?

“Menurut saya cara ini tidak akan bertahan,” ujar Hala Aldosari, pengamat dari Institut Radcliffe Harvard, seperti dilansir laman the Atlantic, Rabu (27/6). “Dia (MBS) lebih mendapat pengakuan dari luar ketimbang dari dalam. Dia tidak mendapat dukungan rakyat.”

WASHINGTON, DC – MARCH 14: U.S. President Donald Trump (R) meets with Mohammed bin Salman, Deputy Crown Prince and Minister of Defense of the Kingdom of Saudi Arabia. (Photo by Mark Wilson/Getty Images)

Karen Young, pengamat senior dari Institut Negara Arab Teluk punya pendapat senada dengan Aldosari.

“Yang saya dengar dari orang Saudi, selama 1,5 tahun ini menjadi masa-masa yang rawan. Ada harapan besar bahwa segalanya akan sesuai rencana, tapi masa ini jadi saat-saat genting,” kata Young.

Pangeran berusia 32 tahun itu cukup baik dalam menggalang dukungan sekutu asing buat Saudi seperti Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, namun menurut para pengamat, posisi dia di internal Saudi masih belum kokoh. Selain pertentangan dengan kelompok ulama konservatif, ada risiko juga perlawanan dari internal keluarga kerajaan.