Renungan Ada Gym: Meneladani Asma Allah al-Hakim dan al-Hakam

Rasulullah pun menunjukan kebijaksanaan dalam mengambil sikap. Salah satu contoh bijaksananya Rasulullah terlihat dalam sebuah riwayat. “Ada seorang yang menamai dirinya Abul Hakam. Karena al-Hakam itu nama Allah, jadi tidak boleh menamainya dengan nama bapak Hakam. Tapi Rasul tidak marah, ketika ada orang datang yang bernama Abul Hakam.

Sesungguhnya Allah adalah al-Hakam dan hukum segalanya kepada-Nya dikembalikan. Mengapa kamu mempunyai nama kunyah, nama panggilan Abul Hakam? begitu Rasulullah bertanya kepadanya. Dia menjawab, Ketika kaumku berselisih, mereka datang kepadaku. Lalu aku mengambil keputusan yang membuat kedua belah pihak rida. Lalu

Rasulullah memuji, Alangkah bagusnya hal ini, sebutkan saja, siapa nama anak-anakmua? Ia menjawab, Suraih, Muslim, dan Abdullah. Beliau bertanya, Siapa di antara mereka yang paling tua? Ia menjawab, Suraih. Lalu beliau bersabda, Kalau begitu, engkau adalah Abu Suraih.” (HR. Abu Dawud, Nasai, dan Imam Bukhari dalam kitab al-Adab)

Jadi, jangan menghakimi orang karena perbedaan. Jangan mudah memvonis orang, tanpa ilmu yang luas, tanpa mengendalikan emosi, tanpa niat yang lurus, tapi posisinya kita berkhidmat, melayani terus, karena Allah yang Maha Adil juga menutupi aib kita.

Kalau melihat orang yang bodoh, kurang ilmu, mereka lagi ditipu untuk kurang belajar. Semangat kita adalah memberi tahu. Kalau melihat orang yang berbuat maksiat. Kita harus merasa dia sedang diculik. Kita bantu supaya dia tahu dosanya, bisa tobat, bisa kembali ke jalan yang benar. Itulah semangat yang hendaknya ditanamkan, agar kita tidak menghakimi orang dengan kebodohan dan nafsu semata.

Kalau kita bikin salah, maunya diapain oleh orang lain? Dimaafkan atau dimaki-maki? Mau diungkit-ungkit atau ditutupi? Mau dimaafkan sesudah minta maaf, atau sesebelum minta maaf? Perlu disebut-sebut gak kesalahan kita? Kalau kita ingin seperti itu kepada orang lain, kita perlakukan orang lain juga seperti itu. Maafkan sebelum meminta maaf, jangan suka diungkit-ungkit, dan jangan suka dipepet-pepet. Mau tidak didoakan oleh orang lain? Nah, kita juga mendoakan orang. Itulah sikap bijaksana. Insya Allah kembali kepada kita. (Inilah)