Tak Akan Hidup Tenang Jika Selalu Sibuk Menilai Orang

Nabi Ibrahim hanya dinilai sebagai pemuda biasa saja dengan penuh pelecehan.

Mereka (yang lain) berkata, Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim. (QS.Al-Anbiya:60)

Nabi Musa dianggap hina seperti anak kecil karena tidak fasih dalam berbicara.

Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (QS.Az-Zukhruf:52)

Nabi Muhammad disebut sebagai penyair, pendusta dan orang gila.

Dan mereka berkata, Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila? (QS.As-Shaffat:36)

Para Nabi adalah manusia yang memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah swt. Mereka begitu sempurna hingga tak memiliki cacat dan kesalahan. Namun lihatlah bagaimana penilaian orang-orang kepada mereka?

Ayat-ayat diatas telah menjelaskannya, mereka dianggap sebagai orang gila, tukang sihir, sesat, anak kecil dan lain sebagainya. Namun para Nabi tak memperdulikan penilaian manusia, yang terpenting adalah bagaimana penilaian Allah swt atas diri mereka. Seperti kutipan doa Rasulullah saw ketika dilempari di Thoif, sembari membersihkan darah di kakinya, beliau bersabda,Jika Engkau (Allah) tidak marah kepadaku, maka aku tidak peduli dengan apapun

Tentu masih banyak ayat-ayat lain yang berkaitan dengan hal ini, namun pelajaran penting yang kita ambil hari ini adalah: Jangan sibuk dengan penilaian orang lain ! karena seputih apapun diri kita, pasti akan tampak hitam di mata mereka.

Sibukkan diri untuk menjadi yang terbaik di mata Allah, karena hanya Penilaian-Nya lah yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kita. (Inilah)