Renungan Aa Gym: Antara Doa dan Pemberian Allah

Kita bisa merasakan lapar, namun kita tidak mengerti mengapa kita harus merasakan lapar. Kemudian, kita memerlukan makanan dan makanan pun ada sehingga kita bisa menutupi rasa lapar kita. Bagaimana itu terjadi? Tiada lain adalah karena Allah menciptakan kita, Allah menciptakan rasa lapar, dan Allah pula yang menciptakan makanan. Allah menciptakan haus, Allah pula menciptakan air. Allah menciptakan paru-paru, dan Allah pula menciptakan oksigen. Subhaanalloh.

Saudaraku, Allah memberi bukan karena kita meminta, namun karena Allah Maha Memberi. Kita diperintahkan berdoa dan meminta, adalah sebagai bentuk ibadah kepada-Nya. Bayangkan jikalau setiap yang kita perlukan, hanya bisa kita peroleh dengan cara meminta terlebih dahulu, tentu banyak hal yang sampai hari ini belum kita miliki padahal sangat kita perlukan.

Jangan dulu jauh-jauh, kita perhatikan diri kita sendiri. Perhatikan rambut kita, warnanya, bentuknya, tingkat kelenturannya, jumlahnya, kecocokannya dengan bentuk wajah kita, pertumbuhannya meski berulang kali kita pangkas, ketiadaan rasa sakit ketika kita memangkasnya. Maa syaa Allah.. Kita tidak pernah memintanya, namun Allah memberikan secara sempurna dan sangat detail, cocok dengan keperluan kita. Itu baru rambut, belum organ lainnya.

Rasulullah Saw bersabda, “Doa adalah saripati ibadah” (HR. Tirmidzi). Yang terpenting dari doa bukanlah terkabulnya doa, yang terpenting dari doa adalah kita menjadi hamba Allah yang tunduk dan hanya menjadikan Allah semata sebagai tempat bersandar dan meminta. Boleh jadi yang kita dapatkan sesuai dengan doa kita, namun boleh jadi tidak sesuai dengan doa kita. Namun, itu tidaklah penting, karena yang penting dari doa kita adalah kita mentauhiidkan Allah Swt.

Sebaik-baiknya doa adalah yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul. Salah satu doa yang bisa kita contoh adalah doa nabi Yunus a.s manakala beliau berdoa, “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zholim.” (QS. Al Anbiyaa [21] : 87)

Dalam doa ini, nabi Yunus a.s mentauhiidkan Allah Swt., lalu bertasbih mensucikanNya bahwa setiap perbuatan Allah pastilah yang terbaik meski hal itu tidak sesuai keinginan kita sebagai makhluk. Apalah arti keinginan kita, karena keinginan kita seringkali didorong oleh hawa nafsu. Kemudian, nabi Yunus a.s merendahkan diri di hadapan Allah Swt. dengan mengakui tidak memiliki apa-apa dan tidak memiliki kekuatan apa-apa kecuali jika Allah memberikan.

Maka saudaraku, semoga kita termasuk golongan orang yang gemar berdoa kepada Allah sebagai bentuk ibadah kita kepada-Nya. Diiringi rasa optimis, baik sangka dan keyakinan bahwa apapun takdir Allah pastilah yang terbaik bagi kita. Wallahua’lam bishowab. (Inilah)