Renungan Aa Gym: Cara Menyikapi Hiruk Pikuk Kehidupan

Demikian jika manusia di dunia ini saleh seluruhnya. Saat terdengar adzan Subuh, langsung salat semua. Selesai salat, bersedekah, dan saling bersalaman. Kita bukan lagi manusia, tapi malaikat. Kalau seluruh perkataan dan perbuatan orang sedunia bagus semua, bukan bumi lagi namanya, tapi surga. Begitu pula jika dibuat damai sedunia, tidak ada perang. Hidup ini rasanya jadi sepi dan monoton.

Tentu saja kita harus terus berupaya menuju ke sana. Agar kehidupan ini menjadi damai, saleh dan penuh kebaikan. Hanya saja, kita tidak perlu merasa kaget, galau, bingung, atau pun putus asa terhadap kehidupan yang hiruk-pikuk. Karena dunia ini memang tempatnya hiruk-pikuk. Allah menciptakan hiruk-pikuk justru untuk kita nikmati.

Seperti saat kita makan harus mengunyah, ditelan, lalu ke toilet. Semua itu amal. Ketika sakit berikhtiar mencari obat, dan sebelumnya harus mencari uang dulu, juga amal. Seperti Siti Hajar yang harus berlari dari Safa ke Marwa. Berlari bolak-balik tujuh kali itu hiruk-pikuk. Mengapa tidak sejak awal Allah memancurkan air? Karena seluruhnya itu amal.

Kita harus saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Ketika ada yang bertengkar atau berperang, maka damaikan dan dibantu korbannya. Disikapi pertengkaran atau peperangan itu dengan tenang. Begitu pula saat ada uang, kita berbagi. Tidak punya uang, kita berutang. Sehat dan sakit, ditemani dan dimusuhi, didekati dan dijauhi, atau dipuji dan dicaci. Biasa saja, karena dari dulu dunia memang hiruk-pikuk seperti ini.

Sebetulnya tidak ada yang aneh, atau membuat kita kaget, galau maupun putus asa. Yang aneh adalah kalau kita tidak menjadikan hiruk-pikuk ini sebagai jalan semakin mengenal dan patuh kepada Allah Swt. Hanya dengan ingat kepada-Nya kita bahagia.

Jadi, tetaplah tenang di tengah hiruk-pikuk kehidupan ini. Nikmati dan jadikan semuanya sebagai amal. Caranya dengan berniat Iillaahita’ala dalam segala hal, dan berikhtiar maksimal. Yakin dan kembalikan semua urusan kepada Allah. Yang juga tempat kembali bagi kita, ketika waktu untuk hiruk-pikuk di kehidupan ini berakhir. (Inilah)