Hubungan Biologis dengan Syarat

Assalamu’alaikum wr, wb.

Semoga selalu tercurah hamparan nikmat dan rahmat Allah untuk kita semua.

Saya seorang pria usia 25 tahun sudah menikah lebih kurang 2 tahun. Umur isteri saya lebih tua 1 tahun. Sampai hari ini kami belum dikaruniai keturunan. Dan akhir-akhir ini saya cukup banyak dilanda musibah, usaha toko sedang sekarat, skripsi juga belum selesai, otomatis sampai dirumah selalu dalam kondisi tidak fit, sering kecapekan, plus kepala pusing.

Ini kondisi yang membuat saya harus tidur diakhir malam dan berefek dengan shalat subuh yang selalu ketinggalan. Dan ini jadi bahan marahnya isteri saya. Marah karena saya sebagai qowam tidak mampu membimbing ibadah yang baik untuk isteri saya. Marah karena saya masih belum bisa menyelesaikan hutang toko dan skripsi saya. Marah dengan sikap 180 derajat terbalik dengan kondisi awal pernikahan. Ceria, atraktif, plus humoris. Sekarang yang ada hanya diam dan selalu bilang lagi ‘nggak mood’.

Hubungan biologis yang saya tahu adalah salah satu kewajiban isteri yang tidak bisa dianggap suatu hal yang remeh. Memang saya punya masalah yang peluang membuatnya hamil sangat kecil sekali, (mandul). Kecuali Allah mengizinkan. Namun bukan berarti semuanya bisa di nilai sebab akibat (menurut saya).

Karena sholat subuh saya ketinggalan, jadi syarat isteri tak mau "berhubungan." jadi perbaiki sholatnya dulu baru isteri mengiyakan. Saya jadi cukup tambah pusing dengan masalah yang sudah ada. Apakah ini suatu yang benar atau salah? Kalau untuk motivasi oke saya terima, tapi ini kan sebuah kewajiban di balik hak suami.

Yang saya ingin tanya, apa sudah benarkan secara syar’i isteri tidak mau berhubungan karena sholat subuh saya tidak rapih. Sikap saya saat ini lebih banyak diam dan sesekali mengajak berbicara, tapi jawabannya ketus seperti tak berselera.

Wassalamu’alaikum wr, wb.

Assalaamu’alaikum wr, wb.

Bapak Mza, yang dirahmati Allah

Saya memahami perasaan anda saat ini, ketika begitu banyak masalah yang memusingkan kepala yang menimpa anda, ditambah pula oleh sikap isteri yang menolak berhubungan intim. Penolakan isteri melaksanakan kewajibannya ini tentu semakin membuat anda meradang. Hal ini menurut anda disebabkan isteri mensyaratkan anda untuk memperbaiki shalat shubuh yang sering kesiangan.

Akibatnya hubungan mesra anda dengan isteri, dari cerita anda nampaknya mulai terasa hambar dan lebih banyak diwarnai perang dingin. Sikap anda berdua juga mulai berubah satu sama lain, yang menurut anda berubah 180 derajat dibandingkan kondisi awal pernikahan, yang ceria, atraktif plus humoris.

Sebenarnya memang saya tidak sepakat dengan sikap isteri anda yang memberi ¡sanksi¢ atas kelalaian anda menunaikan shalat shubuh, dengan penolakannya menjalani kewajibannya sebagai isteri. Shalat pada hakikatnya adalah kewajiban manusia pada Allah, karenanya hanya Allah yang patut memberi sanksi.

Sedangkan sebagai isteri wajib mengingatkan suaminya agar tidak lalai melaksanakan kewajibannya tersebut. Isteri boleh marah dengan kelalaian suami, namun tidak berhak menghukum apalagi dengan cara melanggar hak suami sekaligus juga melalaikan kewajibannya pada suaminya.

Memberi motivasi untuk beribadah, tentu sangat dianjurkan. Namun dalam hal ini cara yang digunakan isteri anda sangat tidak efektif. Alih-alih memberikan motivasi, hal ini justru membuat anda semakin tertekan dan permasalahan akan semakin rumit. Karena penolakan seorang isteri untuk berhubungan intim, sangat mungkin akan melukai harga diri suami. Lagipula bila ibadah shalat shubuh dilandasi motivasi oleh persyaratan seperti itu, tentu akan mencederai nilai ibadah itu sendiri bukan?

Dalam hal ini memang peran anda sebagai qowwam memang sangat diuji dalam mendidik dan membimbing isteri. Begitu juga peran isteri yang seharusnya mendukung dan menghibur dikala suami tengah dirundung masalah. Karenanya sangat diperlukan komunikasi serta keterbukaan bagi anda dan isteri untuk menyikapi masalah ini dengan lebih bijaksana. Cobalah saling mengungkapkan isi hati masing-masing agar menggali emosi pasangan, agar anda dan isteri dapat merasa berempati dan akhirnya akan dapat saling memahami.

Akhirnya, suami dan isteri adalah sahabat dalam suka maupun duka, saling memberi dukungan, saling memberi manfaat dan saling mengingatkan dalam segala hal. Karena segala kegiatan apapun dalam Islam tentu memiliki nilai ibadah bila dijalani dengan ikhlas karena Allah. Berdoalah selalu pada Allah agar anda dan isteri senantiasa dapat saling mencurahan kebaikan dan saling menghindari dari keburukan masing-masing.

Wallahua’lam bishawab.

Wassalamu’alaikum wr, wb.