Pandangan Qaradhawi Soal Nama Asing untuk Anak

Menurut Syekh Qaradhawi, ada beberapa adab dalam Islam saat akan memberikan nama pada anak. Pertama, dia tidak boleh menggunakan nama Abd atau Abdul yang disandarkan kepada selain Allah. Misal Abdul Ka’bah, Abdul Nabi. Ibnu Hazm menegaskan sudah menjadi ijma’ ulama untuk menghindari nama Abdul kepada selain Allah kecuali Abdul Muthalib.

Juga tidak boleh memberi kesan kesombongan dan tinggi hari pada nama tersebut. Rasulullah SAW bersabda, “Sehina-hina nama di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang yang bernama dengan raja diraja. Tidak ada raja selain Allah,” (HR Bukhari Muslim).

Tidak boleh juga menggunakan nama yang merupakan sifat Allah tanpa tambahan Abdul. Termasuk di dalamnya nama-nama yang dikhususkan untuk Allah dalam bentuk ma’rifah (menggunakan al-) seperti al-Azis, al-Hakim, dan sebagainya. Namun, jika menggunakan sifat tersebut dalam bentuk nakirah (tanpa al-) diperbolehkan, seperti Ali, Hakim, Rasyid, dan sebagainya.

Disukai juga menggunakan nama-nama para nabi dan salihin untuk meneladani mereka. Sementara, nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdur Rahman. Seperti yang diterangkan dalam hadis riwayat Muslim, ada lebih dari 300 sahabat yang menggunakan nama Abdullah.

Nama Muhammad sebagai nama anak pada awal mulanya diperdebatkan di kalangan Arab pada masa kenabian. Nama Muhammad boleh digunakan sebagai nama, tetapi tidak dengan nama kuniyah Beliau SAW.

Dalam sebuah hadis, Jabir bin Abdullah RA menceritakan, “Seorang lelaki dari kalangan kami baru memperolehi anak dan ia memberi nama anak itu ‘Muhammad’. Lalu, kaumnya berkata kepadanya ‘Kami tidak akan membiarkan kamu memberi nama dengan nama Rasulullah SAW’. Maka, lelaki ini pun pergi menemui Nabi  dan bertanya, ‘Ya Rasulullah, dilahirkan untukku anak dan aku menamakannya ‘Muhammad’, lalu kaumku berkata kepadaku, ‘Kami tidak akan membiarkan kamu menamakan dengan nama Rasulullah SAW’.”

Lantas Nabi menjawab, “Berilah nama dengan namaku, akan tetapi jangan memanggil dengan panggilanku (yakni Abul-Qasim) karena sesungguhnya aku adalah Qasim di antara kamu.” (HR Muslim).  (Rol)