Banyak Cinta Untuk Cinta

Anak manis begitulah kesan pertama ketika bertemu dengannya saat saya berkunjung ke shelter TKI bermasalah, matanya bulat dengan bulu mata yang lentik, rambutnya hitam lebat, hidung bangir, bibir tipis dan kulitnya sawomatang. Anak berusia 10 bulan itu merangkak kesana kemari dengan riang seolah tak ada beban sama sekali, sesekali menghampiriku untuk sekedar duduk dipangkuan dan menyandarkan punggungnya ke dadaku seperti mencari tempat bernaung.

Ya anak itu mencari tempat bernaung kepada siapa saja yang dia lihat memberikan perhatian, wajarlah dia merasa kehilangan dan kesepian yang amat sangat karena jauh dari orang tuanya. Dari penuturan teman-teman di shelter, anak yang tidak diketahui siapa namanya ini datang ke penampungan bersama ibunya dengan diantar polisi Di Raja Malaysia. Tapi sayang sang ibu stress berat dan histeris sehingga langsung dilarikan ke hospital. Sang ayah berdasarkan keterangan polisi lari entah kemana rimbanya, itulah yang diduga menyebabkan tekanan batin pada ibu anak ini. Jadilah anak manis ini hidup sebatangkara di penampungan.

Aku sangat takjub melihat perilaku anak ini, tidak pernah terdengar nangis, mau dipegang siapa saja sepertinya dia ingin menitipkan diri pada siapa saja. Yang paling mengiris hati, kalau sudah ngantuk akan dicarinya jarit lusuh yang digunakan ibunya untuk menggendong dia, dipeluknya jarit itu kemudian dikulumnya jempol tangannya sampai terlelap tidur.

Subhanalloh saya tak kuasa menahan tangis, miris melihat nasib anak ini. Di umurnya yang baru 10 bulan dia sudah kenyang dengan kegetiran hidup, berhari-hari dalam pelarian bersama ibunya yang mencari sang suami, kemudian dirampok dan akhirnya hidup menggelandang di jalan sampai akhirnya kena razia polisi. Satu-satunya keluarga yang dimilikinya sakit keras, entah berapa lama sembuhnya. Tak seorang pun yang tahu darimana asal ibunya, dimana keluarga ibu bapanya, siapa yang bisa dihubungi, semuanya tertutup kabut misteri.

Masih ada secercah kebahagiaan bagi anak manis ini semua yang di penampungan dan staf KJRI begitu mengasihinya, semua ikut merawatnya penuh cinta. Bergiliran mereka memandikannya, menyuapinya makan dan mengganti popoknya. Semua bahagia melihatnya bisa berjalan setapak demi setapak, berceloteh dengan riang. Dia jauh dari ibu kandung yang melahirkannya, tapi dia punya banyak ibu asuh yang begitu mencintainya. Ketika giliran ibu-ibu asuhnya ini dipulangkan ke tanah air, mereka berat hati berpisah dengan anak ini, mereka menciuminya, memeluknya erat dan bertangis tangisan, anak ini pun turut larut dalam kesedihan sambil bergumam mama…mama….

Kegetiran hidup bocah manis ini belum berakhir, ibu kandung yang begitu mencintainya tak kuasa menanggung beban hidup yang menghimpitnya dan akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir di hospital. Bocah malang yang belum mengerti apa-apa ini tetap dalam keriangannya, dia tak tahu kalau separuh jiwanya sudah melayang. Tatapan matanya yang sejuk tetap tegar menatap masa depan, yang dia rasa masih banyak cinta di sekelilingnya dari orang-orang yang bernasib serupa dengannya, teraniaya. Karena selama ini tak tahu siapa nama anak ini maka disepakati anak manis ini diberi nama Cinta, suatu harapan tersemat dalam nama ini, mudah-mudahan banyak orang yang senantiasa mencintanya.

Saya memendam rindu padanya karena sudah berbulan-bulan tidak bertemu dengan Cinta. Sejak Dia dibawa ke tanah Air, dititipkan di sebuah panti asuhan. Mudah-mudahan masih banyak orang yang mencintainya, mudah-mudahan dia dapat hidup layak disana dan semoga saya bisa menjenguknya suatu hari nanti. Cinta Ummi kangen…..