Do&#039a dan SMS

Pernahkah kita sekali waktu merenungi bahwa do’a dan SMS pada beberapa hal memiliki persamaan? Perenungan ini berawal ketika isteri yang sangat saya cintai mengirimkan SMS layanan call me (CM) kepada saya. Isinya, dia meminta untuk segera dihubungi. Saya sangat paham dan bisa merasakan masalah apa yang mungkin sedang dialaminya. Kami belum berkomunikasi selama ± 3 minggu. Anda bisa membayangkan, begitu lamanya waktu itu bagi pasangan pengantin baru seperti kami. Hal ini terjadi karena untuk sementara jarak di antara kami berjauhan. Saya berada di Jakarta guna melanjutkan studi sedangkan isteri berada di kota indah belahan selatan Jawa Tengah dan sedang menyelesaikan jenjang S1-nya.

Alasan lain, karena kami sama-sama kehabisan pulsa. Untungnya, dua hari sebelum SMS dari isteri hari itu, saya telah punya rizki untuk mengisi ulang pulsa. Permintaannya untuk segera menghubungi tidak langsung saya penuhi. Pada saat itu, saya sedang fokus muroja’ah hafalan beberapa surah juz 29. “setengah jam lagi deh” begitu pikirku. Saya yakin waktu 30 menit masih bisa membuat dia menunggu dan bertahan menglola masalah yang sedang ia hadapi. Benar, setelah setengah jam, saya baru menghubunginya. Saya bisa merasakan bagaimana perasaanya ketika itu.

Pengalaman di atas mengingatkan saya akan kebutuhan kita pada Allah yang salah satu wujudnya berupa berdo’a kepada-Nya. Ada barangkali dari kita berdo’a kepada-Nya dengan harapan dapat segera dikabulkan. Namun, tidak jarang do’a itu terasa lama sekali belum dikabul-kabulkan. Pada hal, kita sudah merasa dalam kondisi kritis dan sangat membutuhkan.

Tidak perlu buru-buru su’udzon pada Allah. Yakinlah, bahwa do’a itu pasti telah sampai pada Allah, bahkan lebih cepat dari SMS. Do’a itu pasti akan dikabulkan. Allah sendiri yang telah menguatkan itu, ”Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada Ku” QS 2: 186. Lantas mengapa do’a kita belum juga terkabul! Khusnudzon saja dahulu, hal itu bisa jadi lantaran Allah sangat paham bahwa mungkin kita dinilai masih bisa bertahan mengelola tekanan masalah yang sedang kita hadapi. Atau bisa jadi, hal itu sebagai bentuk latihan kemandirian kita dari Allah. Ia tidak ingin hamba yang sangat dicintai cengeng menghadapi realitas hidup.

Lantas bagaimana jika sampai akhir hayat, do’a kita belum juga terkabul? Jangan terkejut kalau ternyata di alam yang lain kita kebanjiran “harta karun” sebagai bentuk karunia Allah atas do’a – do’a yang kita panjatkan selama di dunia. Allah pasti mengabulkan do’a karena Ia tidak membutuhkan waktu untuk berbuat, kun fayakun. Berbahagialah manusia yang senantisa berdo’a kepada-Nya. Innallaha la yukhlifu al-mi’ad.
Wallahu’Alam bi Showab.