Indahnya Jalan Illahi

Indahnya Jalan Illahi…

Allhamdulillah saya dilahirkan dalam keluarga Islam, sehingga dapat kurasakan betapa indahnya karunia dari yang memberikan kehidupan ini. Aku dilahirkan menjadi anak kelima dari lima bersaudara. Sejak usiaku yang ketiga tahun ayahku telah dipanggil Allah, dan pada saat itu usia kami masih kecil-kecil. Tapi ibu dengan tegar dan sabar untuk menggantikan kepemimpinan ayah seorang diri.

Sejak aku lahir, aku mengidap asma karena waktu lahir kemasukan air ketuban dan kurang cepat diatasinya. Harapanku ini adalah wujud cintaNya untukku dan juga keluargaku. Setiap hari aku harus selalu dalam perawatan khusus, tidak seperti kehidupan anak-anak kecil lainnya yang dapat bermain sesuka hati mereka karena aku harus dijaga secara intensif. Kadang juga terasa sedih karena tidak bisa seperti teman yang lain yang dapat bermain apapun, ke manapun bahkan makan apapun makanan anak-anak dengan sesuka hati mereka. Tapi semua itu tak akan menjadi baik dengan pikiran pesimis karena justru akan memperburuk keadaan.

Sabar…sabar…sabar! Itulah kata yang tiap kali aku dengar dan selalu coba untuk mengerti dan terapkannya. Kata itu singkat tapi sangat berat, perih dirasa, dan butuh waktu untuk mengerti serta melaksanakannya. Hanyalah dengan bimbingan dan rahmat dariNya yang mampu buat kita untuk dapat menerima takdir dariNya..” Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi derajatnya. Jika kamu orang-orang yang beriman, ”(Q. S. Ali Imron: 139)

Ujian itu seakan datang tanpa permisi, itulah tarbiyah yang indah dariNya. Saat masa-masa puber, itu masa-masa perjuanganku. Saat itu aku sempat dirawat di rumah sakit selama lima minggu karena terkena gejala liver dan thypus, setelah keluar dari rumah sakit aku istirahat dirumah satu bulan. Ujian itu datang lagi menghampiriku, aku harus mengadakan kunjungan lagi kerumah sakit dan bahkan dokter spesialis yang biasa aku datangi karena penyakit asma yang kuderita sudah sampai ke peradangan paru-paru. Akhirnya yang harus kelakukan adalah berobat ke rumah sakit diluar kota, karena bukan hanya pernafasan dada yang terganggu saat itu tapi juga hidung.

Saat itu kehidupan kami hanya mengandalkan dari pensiunan almarhum ayah, juga hasil jualan kue dan nasi yan dilakukan ibu. Saat keadaan sangat mendesak seperti itu apapun dirumah yang dapat dijual maka dijual saja demi untuk menutup biaya pengobatanku, ikhtiar dengan semaksimal dan semampu kami.

Setiap satu bulan sekali aku harus melakukan pemeriksaan keluar kota, tapi ini tidak menyurutkan semangatku untuk tetap berjuang. Kadang dimalam hari, saat nyenyaknya tidur harus terjaga karena dada sudah tak bisa lagi bernafas. Terkadang mau berangkat kesekolah tidak jadi berangkat karena tidak bisa bernafas dan harus dilarikan kerumah sakit.

Subhanallah…
Betapa mahalnya arti nafas bagi kehidupanku, betapa mahalnya arti kesehatan untukku. Saat pikiran ini sadar, sebenarnya yang terjadi bila beban hidup ini kian berat akan menjadi semakin berat saat kita menghadapinya dengan keluh kesah. Merasa hidup kian payah dan masa depan nampak suram. Saat itu terpikir menjadi orang yang sangat malang didunia. Ini juga karena masih minimnya pengetahuan agamaku. Untuk belajar mengaji sering aku tak bisa hadir karena tidak bisa konsentrasi saat penyakit itu kambuh, sholat kadang bisa baik kadang malah bolong-bolong.

Saat sudah kuliah Alhamdulillah kambuhnya penyakit ini tidak sesering biasanya, saat itu kucoba untuk menggali ilmu agama yang dulu tidak dapat kulakukan dengan baik. Setelah itu aku mulai menerapkan ilmu-ilmu yang aku dapatkan, yang paling terasa nyaman adalah saat jiwa kita dekat dengan Allah. Dzikir lisan dan hati yang pertama kulakukan membuatku semakin tenang dan menjadikan penyakitku semakin jarang kambuh, kuterapkan juga qiyamul lail. ”Hai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan (kapada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar, ” (Q. S Al-baqoroh:153).

Subhanallah…betapa Allah telah mengatur segalanya dengan sangat indah. Dari semua yang kupelajari, meski masih sedikit tapi kucoba amalkan dan istiqomahkannya. Betapa indahnya saat dekat denganNya. Betapa indah saat bercinta denganNya diujung malamnya. Betapa keinginan ini untuk selalu dekat denganNya. Sang Pemilik hidup, sang pemilik kekuatan dan pemilik segalanya.

“ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
Maka sesunguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”
(Q. S. Al-Ankabut:2-3)

Kita hanyalah hamba-Nya yang dhoif dan faqir, yang tidak bisa melakukan apapun tanpa kehendak-Nya. Dia yang memiliki kita. Maha suci Allah yang jadikan kepasrahan kepadaNya sebagai kekuatan, rasa butuh padaNya sebagai kekayaan, permohonan padaNya sebagai kemuliaan, rasa rendah diri kapadaNya sebagai ketinggian dan tawakal hanya padaNya sebagai kecukupan.

“dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, ”(Q. S. Qaf: 16). Semoga Allah melimpahkan kepada kita kekuatan untuk mampu memikul sakit dan beratnya melakukan ketaatan, untuk bisa meraih kebaikan dan keringanan diakhirat.

Allah tidak pernah menjanjikan hari-hari kita akan berlalu tanpa sakit, berhias tawa tanpa kesedihan, berselimut senang tanpa kesulitan, terpancari matahari tanpa hujan atau siang tanpa malam. Tapi semua itu Allah janjikan kekuatan untuk kita dalam melaluinya. Jika kita mau, sebenarnya Allah menjanjikan kita kasih sayang yang tak kenal batas dan tak pernah berhenti, dan Allah memberikan pelita agar kita mampu menjalani kehidupan ini. Keselamatan hidup ada pada seberapa mampu kita untuk tetap bertahan, mengawal dan memelihara jiwa kita dalam menempuh hidup untuk tetap berada dijalur Allah. Tetap istiqomah dengan berbagai keadaan dan berusaha untuk melakukan yang terbaik dan benar menurut Allah.

Kita ada di sini. Didetik, menit jam, hari, bulan, dan tahun ini. Mari kita berdo’a, semoga keadaan kita lebih baik dari yang lalu. Mari bersungguh-sungguh, karena hanya di sini kesempatan kita untuk mengukir amal. “ Dunia itu hanya ada tiga hari” nasihat Imam Hasan Al-Bashri. Ia melanjutkan, tiga hari itu adalah: “ Hari kemarin yang sudah berlalu, dan kita tak bisa mengubahnya. Hari esok, yang kita tak tahu apakah kita akan masih memiliki kesempatan didalamnya. Dan hari ini, kesempatan untuk kita melakukan amal shalih. Maka, beramallah sebanyak-banyaknya…”

Subhanallah.Alhamdulillah …Allahu Akbar!
Betapa indahnya saat kita masih diberi kesempatan untuk hidup, menghirup nafas. Dan kesempatan kita untuk memperbaiki diri dan mengejar segala ketertinggalan. Sungguh disetiap yang Allah berikan terkandung hikmah yang teramat besar dan berarti bagi kita yang mampu memikirkannya. Dialah Pemilik Cinta yang sebenarnya, dengan cintaNya kita dapat menatap indahnya fajar.
Ya Allah Bantu aku untuk tetap berada dijalanMu. Ijinkan aku untuk mencintaiMu semampuku, kuatkan kecintaanku. Bimbinglah aku untuk selalu berderap dijalanMu menggapi ridho dan jannahMu bersama hamba-hambaMu yang juga mengagungkanMu…matikanku dalam syahid dijalanMu