Opini Jaya Suprana: Kecebong

Kebanyakan kecebong herbivora, hidup dari alga dan tumbuhan. Beberapa spesies omnivora, makan mikro-organisme detritus dan bila tersedia bahkan kanibal mencaplok kecebong lebih kecil.

Akuatik

Biasanya kecebong hidup di air, meskipun beberapa jenis semi-terestrial (Indirana beddomii dan thoropa miliaris) dan terestrial (Indirana semipalmata dan adenomera andreae). Selama tahap kecebong pada siklus hidup amfibi, sebagian besar respireth berarti insang eksternal atau internal otonom.

Kecebong pada masa dini tidak memiliki lengan atau kaki sampai transisi ke masa dewasa, dan biasanya memiliki ekor besar, pipih yang dengannya mereka berenang dengan gerak undulasi lateral, mirip dengan kebanyakan ikan.

Manfaat

Beberapa jenis kecebong dimanfaatkan sebagai makanan manusia. Kecebong katak megofryid oreolalax rhodostigmatus berukuran besar sampai lebih dari 10 cm merupakan hidangan lezat di China.

Di India, kecebong clinotarsus curtipes juga dimakan manusia sementara kecebong telmatobius mayoloi digunakan untuk obat-obatan oleh masyarakat pribumi Peru.

Berdasar mitologi suku Wa di Myanmar, manusia pertama berasal dari dua leluhur perempuan Ya Htawm dan Ya Htai, yang menghabiskan fase awal mereka sebagai kecebong di sebuah danau di negara Wa dikenal sebagai Nawng Hkaeo.

Dalam peradaban aritmatika Mesir Kuno, hieroglif berbentuk kecebong digunakan sebagai angka menunjukkan nilai 100.000.

Di Indonesia zaman now, kecebong digunakan kaum netizen sebagai istilah sebutan untuk para pendukung Presiden Jokowi yang konon – seperti saya – juga gemar memelihara kecebong.

Sanubari terasa segar ketika menyimak para tokoh yang masih mampu berpikir jernih arif bijaksana seperti begawan hukum Prof. Mahfud MD, budayawan Dr. Fadli Zon, dosen filsafat Rocky Gerung, ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, aktivis Zheng Wei Jian secara santai dan jenaka menghadapi aneka celoteh para kecebong yang deras mengalir lewat medsos. (rakyatmerdeka)