Waspada! Indonesia Menjelang Perang Hibrida

Untuk menghadapi hal tersebut, maka perlu diupayakan strategi penguatan Ketahanan Nasional yang meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa. Dan hal tersebut membutuhkan upaya besar yang pasti melibat seluruh komponen bangsa, lanjut Toto.

Sementara itu, Kiki Syahnakri mengatakan, dalam perang generasi keempat, Indonesia ternyata belum mampu mengantisipasinya dengan baik. Sebagai akibatnya Timor-Timur misalnya, lepas dari Indonesia karena kalah dalam perang informasi.

Untuk itu maka Indonesia memerlukan Ketahanan Nasional yang tangguh. Ketahanan Nasional yang didasarkan pada Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa.

“Pada saat ini, tujuan perang telah bergeser dari penguasaan teritori menjadi menjadi penguasaan sumberdaya atau dengan kata lain bertujuan ekonomi. Metode perang  dilakukan dengan dengan dua cara yaitu pembusukan politik dan pembajakan negara. Jika hal tersebut tidak diantisipasi, dikawatirkan negara dapat takluk dikuasai asing seperti runtuhnya Uni Soviet,” kata Kiki Syahnakri.

Sementara itu Agus Wijoyo dalam pembahasannya mengenai masalah Pertahanan Nonmiliter Indonesia terutama dari sisi geopolitik dalam percaturan dunia yang terus berubah, mengatakan jika Indonesia jangan mengharap hubungan antar negara yang ada baik tanpa pamrih. Diperlukan kewaspadaan dalam setiap hubungan antar negara. Terlebih pada saat ini Gatra ideologi dan politik menunjukkan penurunan pada tingkat  “kurang tangguh” dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

“Dengan posisinya yang strategis, Indonesia perlu meneguhkan kembali konsensus dasar Kebangsaan sebagai pondasi kehidupan kebangsaan meliputi Pancasila, UUD NRI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia”, kata Agus Wijoyo. []

Sumber: Theglobal-review.com

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/167492.htm