Catatan ringan Politik Etik: Antara No Free Lunch dan Komprador

Tetapi agaknya, skenario politik etik Belanda out of control. Lepas kendali. Kenapa demikian, bahwa rasa kebangsaan dan jiwa nasionalisme Soekarno Hatta dkk ternyata lebih kental daripada jiwa-jiwa pecundang.

Selanjutnya kalau boleh dibandingkan antara dulu dan kini, politik etik zaman pra kemerdekaan justru menyuburkan perlawanan secara asimetris oleh kaum pribumi terhadap penjajah. Ini berbanding terbalik di masa kemerdekaan dan era selanjutnya. Mengapa? Karena politik etik di era modern, malah membidani apa yang kerap disebut dengan istilah komprador. Anjing yang siap menyalak demi kepentingan si tuan.
Makanya Bung Karno pernah memberi clue, intinya kira-kira begini — waspadai sosok yang dipuji-puji oleh asing karena niscaya ada kepentingan kolonialis dititip padanya. Itu poinnya.

Memang no free lunch, sir! Tidak ada makan siang gratis kecuali ditraktir konco dewe.[GlobalReview]

Penulis: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)