Asal Usul Halal Bihalal dan Tukang Martabak India

Alkisah, Presiden Sukarno memanggil Kiai Wahab untuk meminta nasihat mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian sang kiai menyarankan agar Presiden menyelenggarakan silaturahmi khusus menjelang atau bersamaan dengan hari Lebaran.

Situasi kala itu memang memprihatinkan. Para elite politik tidak mau bersatu dan saling menyalahkan. “Itu kan dosa, haram,” cetus Kiai Wahab. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), kiai melanjutkan, harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. “Jadi silaturahmi nanti kita pakai istilah ‘halalbihalal,” jelas Kiai Wahab.

Dari saran itulah, kemudian Sukarno pada Idul Fitri kala itu mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana. Mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.

Sejak saat itulah instansi-instansi pemerintah, yang merupakan orang-orang Sukarno, menyelenggarakan halalbihalal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. (dtk)