Selain Corona, Perang Pernah Mempengaruhi Pelaksanaan Ibadah Haji

Abad 19 – Wabah Kolera

Wabah kolera yang menghancurkan beberapa kali sepanjang abad 19 membuat ditangguhkannya pelaksanaan ibadah haji, termasuk pada 1837 dan 1846.

Setelah penyakit itu kembali pada 1865 di Hejaz, sebuah wilayah di Arab Saudi yang mencakup Makkah, sebuah konferensi internasional diadakan di Konstantinopel, Istanbul, Turki.

Diputuskan bahwa pusat karantina akan didirikan di tempat-tempat seperti Sinai dan Hijaz untuk membantu mengatasi persebaran penyakit, karena jamaah melakukan perjalanan dalam prosesi haji.

 

Antara 1830 dan 1930 setidaknya ada 27 wabah kolera di antara jamaah haji di Makkah.

1979 – Perebutan Masjidil Haram

Sebuah kelompok bersenjata di Arab Saudi yang terdiri dari 400 hingga 500 orang merebut Masjidil Haram antara November dan Desember 1979. Aksi ini memaksa dilakukan penutupan masjid setidaknya selama dua minggu.

Pemberontakan tersebut dipimpin oleh seorang mantan tentara Arab Saudi, Juhaiman bin Muhammad ibn Sayf al Otaybi, yang mengkritik keluarga kerajaan berkuasa dan menyerukan agar kembali ke apa yang dianggapnya ajaran sebenarnya.

Pengepungan akhirnya berakhir setelah tentara Arab Saudi merebut kembali Masjidil Haram, dibantu Unit Polisi Taktis Perancis.

Ketika wabah ebola memuncak pada awal 2010, negara-negara di seluruh dunia mengambil langkah menangguhkan penerbitan visa untuk beberapa negara Afrika Barat yang menjadi pusat persebaran virus.

Pada 2014, Arab Saudi untuk sementara berhenti mengeluarkan visa umrah dan haji bagi warga Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

Wabah ini dilporkan menewaskan lebih dari 11.000 orang.

2016 – Perang Suriah

Pada 29 April 2016, Sholat Jumat dibatalkan di Kota Aleppo, Suriah, setelah serangkaian serangan udara yang dipimpin pemerintah menyebabkan masjid-masjid hancur.

Dewan Agama meminta warga Aleppo menjauh dari masjid, pertama kali langkah seperti itu diambil di kota bersejarah.

“Untuk pertama kalinya di kota tertua di dunia, Kota Islam Aleppo, Dewan Agama memutuskan untuk membatalkan Sholat Jumat karena perang terhadap kehidupan manusia,” kata sebuah pernyataan bersama.

“Ini untuk menyelamatkan orang-orang yang telah menjadi target rezim (pemerintah) dan menyelamatkan orang lain dalam pembantaian ini.” (Okz)