Tak Ada Bukti Sejarah, Radikalis Hindu India Bilang Lokasi Masjid Babri sebagai Situs Dewa Rama

Persetujuan untuk pembangunan kuil tersebut berasal dari Mahkamah Agung India pada 2019, yang menawarkan kepada umat Islam sebuah situs pengganti di dalam Ayodhya, untuk rekonstruksi masjid yang dihancurkan. Dilansir laman trtworld.com, putusan pada 2019 tersebut adalah pembalikan dari keputusan pengadilan pada 2010 sebelumnya, yang membagi lahan bekas masjid Babri antara Hindu dan Muslim.

 

Sejarah Panjang

Banyak orang Hindu menganggap Ayodhya sebagai tempat kelahiran Dewa Rama, tetapi di era modern sekarang, wilayah Ayodhya dalam legenda Hindu tersebut menjadi sengketa di antara umat Hindu sendiri. Perdana Menteri Nepal Khadga Prasad Sharma Oli, misalnya, menuduh India melanggar batas budaya karena bersikeras mengklaim bahwa Dewa Rama lahir di Ayodhya India, sementara menurut Oli, situs tersebut sebenarnya berada di Nepal modern.

“Kami masih percaya bahwa kami memberikan Sinta kepada Dewa Rama. Tetapi kami memberikan kepada pangeran dari Ayodhya, bukan India. Ayodhya adalah sebuah desa sedikit di sebelah barat Birgunj, bukan Ayodhya yang dibuat sekarang,” kata Oli bulan lalu.

Menurut almarhum sejarawan India, Sarvepalli Gopal, pemukiman manusia di Ayodhya modern hanya dapat ditelusuri kembali hingga 2.800 tahun yang lalu. Sedangkan legenda Dewa Rama berakar pada legenda Hindu beberapa milenium lebih jauh dalam sejarah, yakni sekitar 5.000 tahun yang lalu.

Bahkan jika Ayodhya modern diterima sama dengan Ayodhya dalam legenda, tidak ada bukti arsitektur yang meyakinkan untuk mendukung klaim bahwa situs bekas masjid Babri, sebelumnya adalah situs candi Hindu. Namun demikian, setelah pemerintahan Kerajaan Inggris di India berakhir, para nasionalis Hindu semakin mengidentifikasi situs masjid Babri dengan situs candi asli Dewa Rama dan situs kelahirannya.

Perselisihan dimulai pada 1949 ketika kaum nasionalis Hindu menempatkan dua berhala di dalam masjid, yang akhirnya dipindahkan, atas perintah Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru saat itu. Nehru mengatakan bahwa ia sangat terganggu oleh peristiwa itu.

Masjid Babri dibangun pada abad ke-16 atas perintah seorang raja Muslim, aKaisar Mughal Babur pertama, anggota dinasti Turco-Mongol Timurid, yang berakar di Asia Tengah. Pada 1984, nasionalis Hindu memulai kampanye mereka untuk menghancurkan masjid dan membangun sebuah kuil di lokasi itu.

Setelah beberapa kerusuhan dengan kekerasan di awal sembilan puluhan, kaum nasionalis Hindu yang didukung oleh pejabat dalam pemerintahan negara bagian Uttar Pradesh, berhasil menghancurkan masjid itu pada 1992. Sebuah surat oleh sejumlah pelajar India di Inggris, yang diterbitkan oleh New York Times tak lama setelah pembongkaran, mengecam peristiwa kekerasan tersebut.

“Ayodhya bukan sengketa agama, tetapi perjuangan antara perangai India yang sekuler, intoleran, dan liberal di satu sisi, dan fasis dan fanatik sektarian di sisi lain,” isi surat tersebut diikutip TrTWorld.