Ternyata Eropa Mengenal Cuci Tangan dengan Sabun dari Peradaban Islam

Shampoo diperkenalkan ke Inggris oleh seorang Muslim yang membuka toko di pinggir laut Brighton pada 1759. Ia kemudian dipekerjakan sebagai tukang cuci rambut Raja George IV dan William IV.

Omong-omong soal sabun untuk bersihbersih badan, Eropa memang baru belakangan mengenalnya. Bahkan, mandi dengan sabun pernah dilarang institusi gereja karena dianggap seperti cara hedonistik dan kaum kafir dari kekaisaran lama. Banyak orang mengikuti saran ini, dan kurangnya kebersihan dan sanitasi saat itu dianggap sebagai kontributor utama penyebaran wabah pes sepanjang 1348-1350 dan penyakit mematikan lainnya.

Banyak yang mengklaim bahwa titik balik penggunaan sabun di benua ini terjadi pada pertengahan abad ke-19. Pada awal Perang Krimea (1854-1857), sebagian besar kematian yang diderita tentara Inggris berasal dari penyakit infeksi, bukan akibat peperangan.

Setelah Florence Nightingale memperkenalkan higiene dan sanitasi di rumah sakit lapangan Inggris pada akhir 1854, angka kematian menurun. Hal yang sama diadopsi pasukan Amerika selama Perang Sipil (1861-1865). Mereka melakukan reformasi higienis di kalangan prajurit, antara lain dengan membiasakan cuci tangan menggunakan sabun dan mandi teratur. Kebiasaan menggunakan sabun selama pertempuran dibawa ke rumah mereka setelah perang selesai.

Hingga kini, mencuci tangan dengan sabun masih disarankan oleh otoritas kesehatan Amerika Serikat untuk mencegah penularan penyakit infeksi. Atas pertimbangan kepraktisan, cuci tangan ‘kering’ dengan hand sanitizer juga diperkenalkan, terutama di kalangan medis. (Rol)