Epigenetika: Rekayasa Makanan, Penyebab LGBT Sejak Janin (1)

Bahkan di Korea Utara yang dianggap komunis dan memiliki pemimpin diktator serta negaranya begitu tertutup oleh informasi dari sistim Dajjal, terbukti tidak ditemui adanya kasus atau korban HIV apalagi AIDS, alias nol.

Berbeda di Korea Utara, berbeda di negara lain. Kini, kaum LGBT mulai terang-terangan berusaha mengajak masyarakat untuk merubah orientasi seksnya dari normal ke arah LGBT di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan, mereka berani meminta supaya LGBT diakui sebagai sebuah kenormalan, maka sudah waktunya negara bersikap tegas!

Ada desain besar yang harus dipahami oleh semua pihak di balik kampanye LGBT, karena  merupakan salah satu “alat tunggangan” dari agenda besar para elit dunia dalam mengurangi jumlah penduduk (depopulation) di suatu negeri.

Dengan menikah atau berhubungan sesama jenis, maka tidak akan menghasilkan keturunan dan itu rawan terkena berbagai macam penyakit berat, misalnya jika terjadi pendemik penyakit AIDS, sehingga menyebabkan pertumbuhan penduduk menjadi negatif. Bahkan secara statistik, LGBT mampu mengerem dan menurunkan pertumbuhan suatu negeri.

Karena itu, pemerintah tetap perlu memberikan hak-haknya bagi siapa saja yang mengalami masalah LGBT yang ingin menjadi normal. Tetapi, jika mereka mengkampanyekan LGBT apalagi menularkan kepada orang lain yang normal, maka negara harus turun tangan untuk menyelesaikannya.

Karena jika tidak, selain memangkas penduduk, maka anak-anak hasil adopsi kaum ini akan dikontrol pikirannya terutama oleh orang tua mereka, untuk menjadi kaum yang sama seperi orang tuanya, begitulah seterusnya.

Begitu juga misal, jika mereka tetap ingin punya anak kandung secara genetika, maka telah terjadi epigenetika pada genome yang lebih dibanding anak normal. Karena kelangsungan turunan mempengaruhi bagaimana ayah ibunya, bagaimana kakek neneknya, dan  seterusnya.