Siswi Kelas 1 SD Melbourne Bangga Mengenakan Hijab

Di negeri yang mayoritas non-Muslim, Wafa mampu menunjukkan kebanggan tersebut. Sungguh ironis jika di negeri yang mayoritas Muslim ini, kita justru malu menunjukkan identitas diri kita sebagai pengikut ajaran Nabi Muhammad ﷺ.

Selain itu, Wafa juga memberi pelajaran pada kita bahwa usia yang masih dini bukanlah halangan untuk menanamkan rasa bangga sebagai seorang muslim kepada anak. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Antara lain:

Pertama, kita bangkitkan kebanggaan menjadi muslim di dada mereka. Sejak awal, kita tumbuhkan kepercayaan diri yang kuat dan harga diri sebagai seorang muslim, sehingga mereka memiliki kebanggaan yang besar pada agamanya. Mereka berani menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim dengan penuh percaya diri. “Isyhadu bi anna muslimun. Saksikan bahwa aku adalah seorang muslim!”

Kedua, kita biasakan mereka untuk memperlihatkan identitas sebagai seorang muslim, baik yang bersifat fisik, mental, maupun cara berpikir. Inilah yang sekarang ini rasanya perlu kita gali lebih jauh dari khazanah Islam. Bukan untuk menemukan sesuatu yang baru, melainkan untuk menemukan apa yang sudah dilakukan generasi terdahulu yang berasal dari didikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga, kita bangkitkan pada diri mereka al wala’ wal bara’ sehingga memperkuat percaya diri mereka. Apabila mereka berjalan, ajarkanlah mereka untuk tidak menepi dan menyingkir karena grogi berpapasan dengan orang non muslim. Kita tidak bersikap arogan. Kita hanya menunjukkan percaya diri kita sehingga tidak menyingkir karena gemetar.

Semoga kita senantiasa istiqamah dan bangga dengan identitas sebagai seorang Muslim. Seperti halnya Wafa dalam kisah di atas. Kebanggaannya sebagai seorang Muslim bak sebuah mahkota yang bukan saja meningkatkan derajat di antara kerumunan orang lain, melainkan juga memancarkan cahaya yang membuat potensi dan kemampuannya semakin terlihat. (Ar/Ram)