Muslim AS Kerahkan Petugas Bersenjata Amankan Masjid

aaasEramuslim.com – Muslim AS merespon kekhawatiran umat Islam atas keamanan masjid dengan menempatkan petugas bersenjata di setiap tempat ibadah mereka.

Channel News Asia melaporkan sejumlah masjid di pinggiran Los Angeles dan Washington DC kini dijaga petugas keamanan bersenjata. Umat Islam tidak ingin pembakaran Masjid Coachella di California, AS terulang.

Dua masjid; satu di Phoenix dan yang lainnya di pinggiran kota Virginia, bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk memeriksa setiap jamaah yang masuk. Situasi ini telah berjalan beberapa pekan.

Di masjid lain, pengurus mempekerjakan penjaga bersenjata, atau mempersenjatai salah satu jamaah saat bertugas menjaga.

“Kami selalu khawatir adanya serangan lone wolf,” iata Usama Shami, ketua pengurus Masjid Phoenix.

Lone Wolf adalah julukan untuk individu yang melakukan serangan tunggal terhadap tempat ibadah. Serangan biasanya berupa penembakan dan pelemparan bom bakar.

Serangan lone wolf terjadi di California, terhadap Masjid Coachella. Seorang pria berusia 23 tahun — terdorong oleh kebencian yang ditimbulkan insiden Serangan Paris, Penembakan San Bernardino, dan retorika anti-Islam yang dikembangkan capres Donald Trump — menyerang dan membakar masjid itu.

FBI juga masih menyelidiki pelemparan kepala babi dari sebuah truk ke Masjid di Philadelphia.

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok advokasi, mengevakuasi kantor di Capitol Hill setelah menerima surat berisi bubuk putih dengan tulisan; “Mati adalah menyakitkan, Muslim.”

“Ketakutan kami pada tingkat yang cukup tinggi saat ini, mengingat retorika anti-Muslim,” kata pengacara CAIR Maha Sayed.

Sebuah masjid di Corona, California — kota kelas pekerja di tepi timur Los Angeles, menghabiskan US $ 10 ribu selama dua minggu terakhir untuk meningkatkan keamanan.
“Kini, masjid meminta sumbangan dari jamaah untuk mengurangi beban itu,” ujar Imam Obair Katchi pada Reuters.

Masyarakat Islam Corona-Norco juga memasang banner di situsnya, mengecam serangan San Bernardino. Masjid mendapat pengawasan ekstra setelah diketahui bahwa Enrique Marquez, ypemasok senjata yang digunakan dalam pembantaian San Bernardino, pernah sekali mengunjungi masjid.

“Komunitas Muslim bahu-membahu dengan sesama orang Amerika, kami menyangkal setiap pola pikir bengkok yang mengklaim pembenaran tindakan kekerasan. Kami mendorong semua orang untuk ekstra waspada,” kata situs masjid.

FBI tidak akan merilis data kejahatan kebencian tahun 2015 sampai tahun depan. Beberapa kritikus, termasuk CAIR, mengatakan statistik masih dalam hitungan pada insiden yang menargetkan Muslim.

Untuk 2014, data FBI menunjukkan bahwa dari 1.140 korban kejahatan kebencian anti-agama, sekitar 16 persen adalah korban anti-Islam.(ts/inilah.com)