Cerita Rio Alfi, Mahasiswa Indonesia Yang Masih Tertahan Di ‘Zombie Land’ Wuhan

Rio sudah menyiapkan makanan di apartemennya. Tetapi hanya cukup untuk dua atau tiga hari.

Pihak kampus berjanji akan mengirimkan seorang petugas untuk membantu Rio mendapatkan bahan makanan apabila stok yang dimilikinya habis.

Menurut Rio, jumlah warganegara Indonesia di Provinsi Hubei sebanyak 93 orang. Sebanyak 12 di antaranya menuntut ilmu di CUG Wuhan.

Secara umum bagaimana keadaan mahasiswa Indonesia, tanya saya.

“Kalau secara fisik, insya Allah masih kuat. Tetapi teman-teman banyak juga yang down (secara psikologis). Karena kami tidak tahu sampai kapan diisolasi. Bisa jadi dua bulan ke depan. Tidak pasti,” jawabnya.

Karena ketidakpastian itu, mahasiswa Indonesia yang tertahan di Wuhan meminta bantuan KBRI di Beijing agar dibantu untuk bisa kembali ke tanah air. PPIT Wuhan sudah berkordinasi dengan KBRI.

“Sudah sampai pendataan. Paspor kami sudah dicatat. Kami masih menunggu kabar dari KBRI,” kata Rio lagi sambil menambahkan, kelihatannya evakuasi juga bukan persoalan mudah karena kota Wuhan sudah ditutup.

Hal lain yang saya tanyakan kepada Rio adalah tentang video-video pendek amatir yang memperlihatkan berbagai kejadian yang disebut terkait dengan penyebaran virus nCoV. Misalnya, orang yang terjatuh di tengah jalan, rumah sakit yang membludak, dan pasien yang berteriak-teriak yang disebutkan karena rasa sakit akibat virus mematikan itu.

Rio tidak pernah menyaksikan hal seperti itu.

“Itu kan video-video pendek, mungkin karena lelah antre, lalu pingsan. Atau dia acting agar cepat dilayani. Saya tidak mengerti juga,” jawabnya.

“Di sini informasi kita tidak dapat semua karena disaring. Terkadang hanya video pendek, lalu dishare di Indonesia. Jadi tidak jelas informasinya,” sambung dia.

Satu hal yang jelas, menurut Rio, penanganan yang dilakukan pemerintah dalam situasi serba tidak pasti ini sudah cukup bagus.

Terakhir sebelum mengakhiri pembicaraan, Rio minta tolong didoakan agar situasi menjadi lebih baik.[rmol]