Daftar Kebijakan Biden dan Dampaknya ke RI

Eramuslim.com – Amerika Serikat (AS) akan memiliki presiden baru. Joe Biden resmi memenangkan Pilpres AS. Kini seluruh dunia menanti arah kebijakan Biden khususnya di bidang ekonomi.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho menilai setidaknya ada 5 arah kebijakan ekonomi Biden ke depannya. Pertama perjanjian perdagangan.

Menurut Andry, Biden akan cenderung berfokus pada perjanjian perdagangan kerjasama regional. Biden akan mengerem kerjasama perdagangan yang bersifat bilateral.

Kedua, perang dagang antara AS dan China diperkirakan akan terus berlanjut. Bahkan tensi perang dagang diyakini akan bertambah tinggi.

“Kalau dikatakankan apakah trade war akan menurun tensinya? Saya rasa tidak. Akan tetap ada dan tensinya justru akan meningkat,” ucapnya dalam acara konferensi pers online INDEF, Minggu (8/11/2020).

Andry yakin akan hal itu, sebab Biden mengkritik pedas saat Trump menandatangani perjanjian perdagangan fase I dengan China. Biden mengatakan hal itu tidak akan bisa meningkatkan produksi dalam negeri AS dan hanya seperti cek kosong bagi AS.

Kemudian dia (Biden) akan bekerjasama dengan sekutu AS untuk sama menerapkan trade war kepada China. Ini kemungkinan besar tensinya akan meningkat,” tambahnya.

Ketiga, Buy American Plan, merupakan rencana yang dilontarkan Biden dalam kampanyenya. Dia akan menaikkan standar local content yang saat ini 51% untuk produk Made in America.

Kemudian dia juga berjanji pengadaan infrastruktur akan menggunakan produk AS yang diproduksi di AS. Selain itu akan ada program pemulihan ekonomi dengan membeli barang-barang yang diproduksi oleh AS dengan nilai US$ 400 miliar, serta akan adanya dana untuk pengembangan teknologi sebesar US$ 300 miliar.

Keempat energi bersih. Biden berjanji akan mengedepankan energi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu dia akan membawa AS kembali bergabung dalam Paris Agreement.

Kelima, Biden akan menaikkan pajak perusahaan dari 21% menjadi 28%. Namun seiring dengan itu, dia juga berjanji akan menurunkan minimum tax untuk perusahaan yang ada di luar AS.

Hal itu tentunya akan mendorong perusahaan-perusahaan AS berinvestasi di negara-negara berkembang. Indonesia diharapkan bisa menangkap peluang tersebut.