Kesucian Ramadhan dan Detik-detik Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda saat Lebaran

Hari pertama puasa atau 1 Ramadhan 1245 hijriah itu jatuh pada 25 Februari 1830. Masa-masa di bulan puasa, juga digunakan sang Pangeran untuk beristirahat.

Mengutip Okezone.com, Pangeran Diponegoro bahkan sempat dirawat oleh dokter militer di garnisun militer Belanda yang cukup kuat di sekitar pegunungan Menoreh karena gejala malarianya kambuh.

Pada tengah hari 8 Maret 1830 (kahri ke-12 Ramadhan), Diponegoro dan pasukan bertombaknya memasuki kota Magelang untuk sebentar bertemu Letnan Jenderal de Kock dan pejabat lain di kantor Residen Kedu.

Ia masuk bersama “para panglimanya yang masih muda-muda, serta anggota rombongan yang jumlahnya sudah membengkak menjadi 800 orang.”

Dalam pertemuan itu, tulis Carey, “de Kock dan Diponegoro saling cerita bertukar lelucon dan menemukan mata saat bertemu.”

Tidak ada penangkapan atau pertikaian pada hari itu, meski de Kock bisa saja melakukannya. Jika Diponegoro diringkus saat itu juga, menurut Carey, “Belanda takut mereka akan menghadapi pertempuran baru lagi jika pemimpin Perang Jawa itu ditangkap secara paksa dengan kekuatan militer.”

Letnan Jenderal de Kock merasa, Diponegoro bisa saja kabur dan terus melawan lagi lain waktu bila dibiarkan.

Panglima tertinggi tentara Belanda itu juga sadar, sebagaimana dikutip Carey, “[Penangkapan macam itu] tidak terpuji, tidak ksatria, dan curang karena Diponegoro telah datang ke Magelang dengan niat baik bertemu saya.”

“De Kock tampaknya telah bertemu dengan Diponegoro dalam tiga kesempatan yang berbeda pada masa ini, dua kali dalam acara jalan subuh di taman keresidenan dan sekali ketika ia datang sendiri ke pesanggrahan Pangeran itu sebelum mulai puasa hari itu,” ucap Carey.