Rocky Gerung Sebut Buzzer Menyerbu Kayak Lalat Mengejar Bangkai Tapi Dipelihara Istana

“Buzzer saat ini tidak ada grammar yang bisa kita pahami. Hanya merusak suasana bernegara. Kalau buzzernya mau lawan debat, ya, datang saja berdebat. Tapi ini buzzernya anonym. Menyerbu kayak lalat yang mengejar bangkai. Jadi, bukan sekadar memuakkan, tapi menjijikkan,” kata Rocky.

“Dan justru itu dipelihara Istana. Kalau dia tidak dipelihara Istana, sudah lama dia collapse,” tambah Rocky.

Pengamat politik ini menilai keberadaan buzzer semacam ini merupakan masalah besar, terutama menjelang Pemilu 2024.

“Ini akan jadi soal besar. Bukan hanya ke 2024. Tapi untuk satu semester ke depan,” beber Rocky.

Buzzer, kata Rocky, disewa hanya untuk mengacaukan politik. Mereka disewa untuk meniupkan rasialisme, untuk menghujat secara track record orang yang sebetulnya tidak ada hubungannya.

“Tiba-tiba orang diisukan moral, seksual, segala macam. Padahal itu hanya untuk membunuh karakter,” katanya.

Menurut Rocky, seharusnya buzzer itu bertarung dengan ide. Misalnya ide tentang lingkungan bersih. Mestinya buzzer mampu bertanding dengan isu-isu ke depan.