Suryo Prabowo: RI Tak Disegani Lagi, Kenapa..?

Eramuslim.com – Setidaknya ada tiga insiden tragis mengiringi laga Tim Nasional Indonesia di ajang SEA Games 2017 Malaysia. Yakni, bendera Merah Putih yang tercetak terbalik di majalah SEA Games 2017; Timnas Sepak Takraw Putri yang dicurangi wasit; dan Timnas Sepakbola yang juga dicurangi.

Mantan Kepala Staf Umum TNI (Kasum TNI) Suryo Prabowo turut mengomentari “penghinaan” Indonesia di ajang SEA Games 2017.

“Mengapa ya …..Indonesia koq TIDAK DISEGANI lagi? lihat saja! simbol bendera Merah Putih terbalik

 tim sepak takraw dicurangi wasit(?),” tulis Suryo Prabowo di akun Facebook.

Prabowo membandingkan prestasi atlet Indonesia saat ini dengan era Bung Karno dan era Soeharto. “Apakah karena atlit kita memang kurang berkualitas, atau karena kita kekurangan lapangan kerja di dalam negeri, sehingga jutaan teman kita bekerja di Malaysia, atau karena apa ya…..?  Mengapa jamannya Bung Karno dan jamannya Pak Harto koq prestasi Indonesia luar biasa?” tanya Prabowo.

Sebelumnya, pengamat politik yang juga pengamat olahraga Umar Syadat Hasibuan mendesak Imam Nahrawi mundur dari kursi Menpora jika tim Indonesia menduduki peringkat kelima SEA Games 2017. “Menpora layak mundur jika Indonesia sampai akhir SEA Games peringkat ke 5,” tegas Umar di akun Twitter @Umar_Hasibuan.

Tak hanya itu, Umar mengingatkan agar Imam Nahrawi fokus ke atlet RI yang berlaga di SEA Games 2017 Malaysia, daripada “mengurusi” kasus bendara Merah Putih yang tercetak terbalik di majalah SEA Games 2017. “Sudahilah bro @imam_nahrawi tentang bendera Anda baiknya fokus ke atlet kita yang sampai sekarang cuma 5 medali emas,” tegas @Umar_Hasibuan.

Sebelumnya, Imam Nahrawi mensinyalir Indonesia dicurangi, dan ada upaya penjegalan kepada Timnas RI di ajang SEA Games 2017.

Melalui akun Instagramnya @nahrawi_imam, Imam mengungkapkan kekecewaannya terkait keputusan wasit di laga sepak bola dan sepak takraw putri.

“Hari ini, Saya menemukan dua keputusan wasit yang tidak adil dalam pertandingan yang saya datangi, yakni Sepakbola dan Sepak Takraw Putri. Sangat jelas saya menyaksikan keputusan yang merugikan, bagi Evan Dimas, yang sesungguhnya adalah korban namun justru diganjar kartu kuning. Saya meminta pelatih dan manajer Tim Nasional U-22 untuk mengajukan banding atas keputusan ini,” tulis Imam.

“Sementara pada Sepak Takraw Putri, lebih dari 5 kali servis (tekong) yang seharusnya menjadi poin bagi Indonesia, justru dianggap fault dan menjadi keuntungan bagi lawan. Olahraga mengajarkan semua banyak hal, tentang makna menghargai kejujuran dan keadilan. Itulah kenapa lahir kata sportivitas yang menggambarkan makna kata olahraga itu sendiri. Seharusnya keputusan wasit harus diambil secara jujur dan tidak memihak. Seperti ada rekayasa untuk menghalangi langkah Indonesia. Apakah kemenangan harus diraih dengan cara seperti ini?” tulis Imam.  (kl/ito)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/konspirasi-penggelapan-sejarah-indonesia-eramuslim-digest-edisi-10.htm