Sudahlah Prabowo…Waktumu Untuk Undur

Oleh : Ahmad Khozinudin

Sastrawan Politik

Prabowo Subianto melakukan safari politik ke sejumlah tokoh tua. Memang, tokoh tua biasa lupa, dan mereka memiliki kebutuhan untuk melanjutkan kehidupan, menjaga gerbong dan mereka harus berpatron dengan kekuasaan.

Tokoh tua, mungkin mudah lupa bahkan melupakan. Sehingga, mudah untuk memaafkan dan memberikan dukungan.

Mereka memang sudah uzur, sehingga tak memiliki banyak energi untuk terus melawan. Biarlah, mereka rehat dan kembali membangun elegi bersama Prabowo.

Setidaknya, itu yang bisa dibaca secara politik dari silaturahmi lebaran kali ini, yang tak dilakukan pada lebaran sebelumnya, termasuk sesaat setelah Prabowo menjadi Menhan Jokowi. Kartu elektabilitas Prabowo, masih bisa dimainkan dikalangan generasi tua.

Tapi hal itu, tidak berlaku bagi generasi muda, pasar terbesar politik di negeri ini. Mereka, telah mengarsipkan secara rapih teriakan Prabowo yang berjanji akan timbul tenggelam bersama rakyat, menggebrak meja dan menyatakan anti asing dan aseng, namun akhirnya merapat ke kekuasaan, meninggalkan ulama dan aktivis yang mendukungnya mendekam di penjara.

Arsip arsip sosial media, begitu rapih menyimpan dan mengabadikan saat Prabowo tak sepatah kata pun bersuara untuk tragedi KM 50, atau terhadap kriminalisasi HRS. Sejumlah emak-emak militan, tidak akan pernah melupakan, mereka pernah mengumpulkan uang untuk memberikan dukungan, mengorbankan banyak waktu dan pikiran, untuk Prabowo dan cawapres yang ganteng Sandiaga Uno.

Aksi menolak Pemilu curang yang tak dihadiri Prabowo, dan dia hanya hadir setelah korban berjatuhan. Tak sedikitpun, sikap ksatria muncul dari Prabowo, hadir berada dan bersama-sama rakyat.

Penolakan UU KPK, UU Cipta Kerja, UU IKN, tak nampak pembelaan Prabowo. Prabowo lebih memilih ada di pojok istana, dengan angin sejuk semilir, ketimbang membersamai rakyat di jalan, menolak kezaliman rezim.