Suramadu, Menjembatani Kongsi Segitiga, Cina-Kanada-Jokowi

Menelaah  kilas balik kiprah CNOOC dan perusahaan milik Kanada Husky, maupun keterkaitan Patrick Sugito yang menantu TP Rachmat di Madura Jawa Timur jadi menarik, mengingat beberapa tahun sebelumnya sempat terjadi benturan antar Sunni dan Syiah yang sama-sama umat Muslim.

M Arief Pranoto dan Hendrajit, dalam bukunya Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru, memandang kejadian kala itu di Kabupaten Sampang, sebagai tahapan dari upaya beberapa sub-kontraktor perusahaan migas asing dan para elit lokal setempat untuk menggiring terjadinya relokasi warga setempat dari area konflik, sehingga daerah tersebut dijadikan closed area atau daerah ekslusif. Sehingga hanya para elit lokal Pemda, TNI/Polri dan sub-kontraktor asing yang sepenuhnya mengendalikan area tersebut.

Dengan begitu, peresmian Jembatan Suramadu itu, bisa dibaca sebagai agenda strategis pemerintahan Jokowi-JK dengan dua sasaran pokok: Citra yang baik di mata masyarakat Madura dan Sampang pada umumnya. Kedua, untuk melayani dan memberi fasilitas infrastruktur bagi kepentingan kedua korporasi tersebut.

Ngomong-ngomong soal CNOOC, agaknya fokus perhatian perlu ditujukan untuk menelisik sekilas kebijakan energi Cina yang tertuang dalam White Paper on National Program on Mineral Resource (NPMAR) pada 2001. Dalam menjabarkan NPMR itu, pemerintah Cina kemudian mengeluarkan  lima kebijakan yaitu: