Sentimen Kesukuan Arab dan Bagaimana Rasulullah Mengikisnya

Penjabaran sistem kesukuan itu kemudian dilakukan lebih detil. Kompensasi dari munculnya sistem kesukuan itu adalah lahirnya istilah kafa’ah atau kesejajaran. Pemahaman istilah ini berlangsung sesuai perkembangan zaman.

Saat sistem kesukuan berkembang pesat, kesejajaran itu didasarkan pada suku dan keturunan. Tapi saat sistem kesukuan lemah, kesejajaran itu didasarkan pada iman dan takwa. Berikutnya, Hasyim mulai masuk pada pembahasan soal migrasi orang-orang Arab ke Indonesia.

Pembahasan dimulai dengan mendeskripsikan wilayah Hadramaut sebagai tanah kelahiran para imigran itu. Hadramaut adalah salah satu wilayah di Arab Selatan. Pada pertengahan abad ke-20, wilayah ini luasnya 150 ribu kilometer persegi. Bahasan soal Hadramaut ini cukup rinci. Kebiasaan merantau mengantarkan sebagian orang Hadramaut itu ke Indonesia mulai abad ke-17.

Tujuan utama perantauan mereka ke Indonesia itu adalah berdagang. Tapi, selain membawa dagangan, mereka juga mengangkut ide-ide Islam. Sebagian mereka dikenal akomodatif terhadap kepentingan pemerintah Hindia Belanda.

Mulanya, pendatang asal Hadramaut itu memegang erat tradisi kesukuannya itu. Mereka yang berasal dari kalangan sayyid dan syarifah tidak mau menikah dengan kalangan lain.

Selain kalangan sayyid dan syarifah dalam keturunan Arab juga dikenal kalangan syekh dan budak. Kalangan syekh adalah cendekiawan atau ulama keturunan Arab yang bukan dari garis keturunan nabi.

Pada perkembangnnya, sebagian mereka pun melepas tradisinya. Mereka menjalani pernikahan dengan penduduk asli. Tapi sebagian lain tidak. Mereka yang teguh pada tradisinya, segera mengucilkan kerabat yang melakukan ‘pernikahan silang’ dengan pribumi atau kalangan yang tidak sejajar.

Sekarang masih bisa ditemui keturunan Arab yang kuat memegang semangat keturunan dan kesukuannya itu. Pertentangan antarketurunan Arab pun tak bisa dihindari. Beberapa organisasi dan gerakan lahir sebagai ekspresi pertentangan tersebut. Kedudukan wanita menjadi masalah mendasar dalam pertentangan ini.  (rol)