Penuhi Langit Jakarta Dengan Lantunan Ayat Qur’an

people-power-ahok2Hari ini jutaan saudara-saudara kita, Muslim Indonesia, bertemu di ibukota. Dari para remaja tanggung, hingga yang sudah lanjut usia, berdatangan dari seluruh negeri. Panggilan jihad, dorongan untuk membela Islam dari mulut kotor sang penista agama, adalah niat mulia yang membuat kita rela berkorban, bahkan nyawa sekali pun.

Alangkah indahnya jika hari ini, semua yang bergerak membawa mushaf Qur’an, dan sepanjang jalan melantunkan ayat-aat suci Kalam Ilahi. Penuhi Langit Jakarta dengan ayat-ayat suci agar Sang Maha Kuasa, pemilik ayat-ayat suci tersebut, memberikan lindungan, keselamatan, dan kedamaiannya bagi kita semua.

Aksi bela Islam adalah aksi damai, aksi yang menunjukkan betapa Islam adalah agama yang adil dan indah. Kita telah memaafkan sang penista dari lubuk hati yang paling dalam. Namun proses hukum yang transparan, berkeadilan, harus tetap ditegakkan. Jika seorang ibu di Bali yang menghina agama telah di penjara, seorang pemuda di Solo yang merobek al-Qur’an juga telah mendekam di balik sel tahanan, mengapa seorang Ahok yang jelas-jelas menghina ayat suci al-Qur’an sampai hari ini masih saja bebas bergentayangan dan sama sekali tidak memperlihatkan penyesalannya?

Jutaan Muslim Indonesia hari ini sesungguhnya tidak perlu ke Jakarta andai saja aparat penegak hukum bisa memproses kasus ini dengan cepat dan terbuka. Jutaan Muslim saudara-saudara kita hari ini harusnya beraktivitas seperti biasa, bekerja, berdagang, mengajar, beristirahat, bercengkerama bersama keluarga, dan aktivitas lainnya, bukan jauh-jauh ke ibukota, berpanas-panasan, keletihan, berteriak-teriak di jalanan, demi mendorong tegaknya hukum di negeri ini terhadap seorang Ahok.

Semua sudah terjadi dan hari ini jutaan saudara-saudara kita sudah turun ke Jalan. Selamat berjihad menegakkan konstitusi saudara-saudaraku. Selalu bawalah mushaf al-Quran yang suci, lantunkan sepanjang perjalanan kalam Ilahi, penuhi langit Jakarta dengan ayat-ayat Allah, agar Benteng Muslim ini bisa kembali ke tangan pemiliknya yang sah, pewaris Fatahillah, bukan pewaris Snouck Hurgronje atau pun pewaris antek VOC, dengan damai.

Ini baru rakaat pertama dari sebuah perjuangan pembebasan yang panjang, demikian kata Emha Ainun Najib. Sebuah rakaat yang menyatukan shaft, rapat, tidak menyisakan celah untuk disusupi setan atau pun iblis atau orang-orang munafik. Rakaat pertama ini akan disusul dengan rakaat selanjutnya hingga salam, wirid, zikir, dan doa sapu jagat. Kita tunjukkan jika umat Muhammad SAW adalah umat yang satu, umat yang penuh dengan kemuliaan.

Gandengan tangan saudara-saudaraku, ini baru rakaat pertama, dan selanjutnya kita masih harus berjuang untuk membebaskan negeri Muslim ini dari kangkangan kaum imperialis dan kolonialis. Indonesia adalah milik bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Kita bebaskan negeri kita dari penjajahan bangsa asing. Berjuanglah.

Penuhi langit Jakarta dengan ayat-ayat Allah, lantunkan sepanjang jalan, agar langit bergetar dan Allah Swt menurunkan kedamaian dan perlindungannya kepada kita semua. Semoga semua usaha kita berjalan dengan penuh kedamaian, tanpa kerusuhan.

Allahu Akbar!

Merdeka!