Janganlah Jadi Muslim yang Memakan Kayu Bakar

Kita bisa melihat sosok yang tenar di dunia kegelapan. Iblis. Ia membangkang kepada Allah, karena hasad terhadap Nabi Adam. Mengapa dia yang terbuat dari api bersujud kepada Adam yang terbuat dari tanah (Al-A’raf 12).

Dari Adam AS, kita bisa melihat kasus anaknya. Qabil membunuh Habil karena hasad terhadap saudaranya yang mendapat istri yang mempunyai banyak kelebihan.  Lebih cantik darinya dan kurbannya diterima sementara ia tidak.

Dari masa Nabi Yusuf.  Kejinya perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf AS kepada adiknya yang masih kecil. Tak lain karena hasad mereka terhadap Nabi Yusuf. Apalagi Yusuf mempunyai banyak kelebihan, paras penuh pesona salah satunya.

Dari masa Rasulullah SAW. Kaum Yahudi yang hasad terhadap Rasulullah SAW dan bangsa Arab ang mendapatkan kemuliaan akhir kenabian melahirkan sekian banyak perbuatan nista.

Bapak sejarah liberalis dunia, Abdullah bin Ubay bin Salul tak ketinggalan. Ia yang hasad dengan kemuliaan Rasulullah SAW, menjadikannya sebagai gembong munafik dengan segala perbuatan liciknya.

Hasad akan “looping”. Berulang terus sedemikian rupa. Tak akan pernah sepi dari kehidupan manusia. Benarlah apa yang dikatakan Rasulullah SAW.

“Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar (rumput kering)“. -Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud dalam “As-Sunan” (no. 4905)

Obat hasad paling mujarab adalah kembali kepad Allah. Lalu mengingat kematian dan berharap kemuliaan dariNya serta tak menjadikan duniawi yang orientasi utama.

Jangan bersedih apabila ada orang yang hasad terhadap kita. Sebab, orang-orang yang lebih mulia dari kita pun tetap ada yang hasad kepadanya.

Berlindunglah kepada Allah dari orang yang rajin melakukan hasad. Lalu ajeglah berjalan di jalan kebaikan. Agar mudah mengendalikan diri dan tak mudah menjadi muslim api yang membakar kayu. Wallahua’lam [Paramuda/BersamaDakwah]