Burung Hud-Hud: Salah Satu Hewan dalam Al-Qur’an

Tafsir Burung Hud-hud Si Pembawa Berita

An-Naml merupakan surah ke dua puluh tujuh yang terdiri dari sembilan puluh tiga ayat di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayatnya diturunkan melalui perantara malaikat Jibril dan juga masuk ke dalam golongan surah Makkiyah.

Diturunkan tepat sesudah surah Asy-Syu’ara. Nama An-Naml artinya “semut”, karena di ayat ke 18 dan juga 19 terdapat tafsiran dimana raja semut berkata kepada anak buahnya supaya masuk ke dalam sarang agar tak terlindas oleh Nabi Sulaiman dan bala tentaranya yang akan lewat di sana.

Adapun penjelasan mengenai Nabi Sulaiman AS dan juga sebuah pengorbanan burung hud-hud yang terdapat pada surah An-Naml di ayat 20 hingga 40. Tafsirannya akan dijelaskan di bawah ini:

1. Tafsiran Surah An-Naml Ayat 20

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram.

وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ (Dan dia memeriksa burung-burung) Yakni Sulaiman memeriksa burung-burung dan menanyakan siapa yang tidak hadir. Dahulu burung-burung adalah makhluk yang menemani Sulaiman ketika bepergian, mereka menaunginya dengan sayap-sayap mereka. فَقَالَ مَا لِىَ لَآ أَرَى الْهُدْهُدَ (lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud) Apakah itu karena ada yang menghalanginya dariku, atau karena sebab lainnya? Kemudian Nabi Sulaiman mengira bahwa hud-hud tidak hadir, beliau bertanya: أَمْ كَانَ مِنَ الْغَآئِبِينَ (apakah dia termasuk yang tidak hadir) yakni apakah memang ia tidak hadir?

Menurut tafsir di atas, dijelaskan bahwa ketika nabi Sulaiman meneliti satu persatu dari para pasukan bala tentaranya mulai dari hewan, jin, bahkan burung. Hanya hud-hud yang tidak ada di sana, beliau berkata-kata “Kemana dia”.

Nabi Sulaiman bingung mengapa hanya burung hud-hud yang tidak hadir. Beliau mengira terjadi sesuatu padanya atau ada pula yang menghalangi, sehingga hud-hud tidak bisa dilihat olehnya saat semuanya telah berkumpul.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Jika pada ayat yang lalu nabi sulaiman memahami bahasa semut, pada ayat ini nabi sulaiman memahami bahasa burung, antara lain burung hudhud. Nabi sulaiman menggunakan burung hudhud untuk berbagai keperluan seperti membawakan surat, mencari air dan memantau keadaan bangsa lain. Dan pada satu kesempatan, dia, sulaiman, memeriksa burung-burung yang ada di sekitarnya, lalu berkata kepada prajurit yang ada, ‘mengapa aku tidak melihat burung hudhud’ kemanakah dia’ apakah ia termasuk yang tidak hadir’21. Melihat ketidak hadiran burung hudhud di antara prajuritnya, nabi sulaiman selaku pemimpin tertinggi atas bala tentaranya, mulai marah dan mengancamnya seraya berkata, “jika dia datang pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat sesuai dengan kesalahannya, atau pasti akan kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas yang bisa aku terima. “.

Menurut tafsir di atas, dijelaskan bahwa nabi Sulaiman tak hanya dapat memahami bahasa semut, namun burung juga. Termasuk salah satunya adalah hud-hud. Beliau menggunakannya di berbagai keperluan seperti membawa surat dakwah, mencari air dan serta melihat keadaan bangsa lain.

Di suatu ketika saat nabi Sulaiman meneliti beberapa bala tentaranya, burung hud-hud tak hadir di sana. Beliau marah bahkan mengancam hud-hud jika nanti dia datang maka akan diberi pelajaran berat atau bahkan disembelih olehnya. Dikecualikan bila ia memberi alasan jelas.