Rahasia Komunikasi Nabi Ibrahim yang Diabadikan Alquran

Dalam dialog ini Ibrahim berhati-hati mencari diksi agar tidak menyinggung perasaannya ayahnya. Diungkapkan: Telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu. Tidak diungkapkan misalnya: ‘aku pintar sedangkan engkau bodoh’.

Dalam ilmu komunikasi interpersonal sikap Ibrahim ini termasuk ke dalam “konsep diri” yaitu pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang akan bersikap sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

Lalu Ibrahim dalam dialognya masuk kepada message (pesan) intinya yaitu agar ayahnya mengikuti ajakannya.”

فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

Maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.”(Maryam: 43)

يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا

Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan yang Rahmān (Mahapengasih).”(QS Maryam: 44)

Dia menyebut nama ar-Rahmān (Mahapengasih) dalam tuturannya,  ”Sesungguhnya setan itu durhaka kepada ar-Rahman.” Itu menunjukkan bahwa ketidaktaatan sebenarnya mencegah seseorang untuk menerima kasih sayang  Tuhan. Sama seperti kepatuhan adalah alasan utama untuk turunnya rahmat Tuhan.

Selanjutnya Nabi Ibrahim memberitahu ayahnya bahaya yang timbul akibat menaati bujukan setan yaitu berupa azab dari Allah. Oleh sebab itu ia  memperingatkan akan bahaya itu kepada ayahnya, bahwa akibat dari  menyembah berhala, maka  menjadikan kawan setan.

Beberapa ayat ini peran Ibrahim sebagai pihak komunikator  sangat intensif sekali, dan di lain pihak bapaknya  sebagai komunikan. Sebagai konsekwensi dialog, lalu ayahnya berganti fungsi jadi komunikator.

Dalam ayat itu ayahnya diilustrasikan sebagai tokoh antagonis yang kasar dan bengis. Mendengar ajakan dari Ibrahim yang panjang lebar, menambah bencinya sang ayah kepada anaknya, maka muncullah tuturan yang tidak melambangkan sebagai seorang bapak yang baik:

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ ءَالِهَتِى يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَٱهْجُرْنِى مَلِيًّا

Bapaknya berkata: Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” (QS Maryam [19]: 46)

Ucapan orang tua Ibrahim ini dalam komunikasi interpersonal dinami feedback,  yaitu informasi yang diterima sebagai bentuk respons terhadap pesan yang telah dikirimkan.

Respons ini bisa saja terjadi karena Ibrahim tak pernah lelah mengajak ayahnya untuk bertauhid. Lalu ayahnya jengkel dan tidak bisa mengendalikan emosinya, maka muncullah kata-kata : ‘Lain lam tantahi la arjumannaka (awas kowe nek ra meneng ta balangi watu/ awas kamu kalau tidak diam saya lempari batu).’

Mekipun bapaknya mengancam dengan ancaman yang sangat keras, Ibrahim tetap hormat kepadanya dan ia bermaksud untuk memohonkan ampunan dari Allah swt. sebagai berikut:

قَالَ سَلَٰمٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِى حَفِيًّا

Ibrahim Berkata: Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya dia sangat baik kepadaku.” (Maryam [19]: 47)

Begitulah ajaran Islam yang dicontohkan Ibrahim untuk tetap hormat kepada orang tua, sekalipun berlainan keyakinan. Sebagaimana juga diajarkan Luqman ketika menasihati anak keturunannya.

وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Luqman: 15)