Ya Allah, Hidupkan Kembali Ibuku…

Eramuslim.com – Tak ada penyesalan yang hadir di depan. Ia sebagai sunnatullah, selalu hadir belakangan, ketika nasi telah menjadi bubur. Sayangnya, meski disadari demikian adanya, banyak diantara kita yang lalai. Sehingga penyesalan serupa terus terjadi dan berpindah dari satu orang kepada orang lainnya.

Penyesalan biasa hinggap pada mereka yang tak tahu atau sok tahu. Jika tak tahu, mungkin bisa ditolerir. Meskipun amat perlu diketahui apa penyebab ketidaktahuannya. Jika sok tahu, inilah sosok yang perlu kita kasihani kemudian mendoakannya. Pasalnya, jika akut, sok tahu bisa berubah menjadi sombong; merasa pandai dan enggan menerima nasihat dari orang lain.

Anak itu khusyuk dalam munajatnya di suatu siang. Riak mukanya serius, dahinya berkerut, tatapan matanya menerawang, matanya alirkan bulir suci dalam tangis syahdu nan terdengar pilu. Sesalnya terbaca ketika kedua tangannya tak kunjung turun. Lama ia berdoa.

Berselang jenak, masuklah sesosok dewasa ke rumah Allah itu. Menyaksikan ‘keanehan’ pemandangan itu, ia terhenyak. Benaknya penuh dalam tanya. Gerangan apakah yang membuat anak kecil itu berlaku serupa itu. Padahal, usianya terbilang amat belia. Ia yang lebih lama hidup tapi tak pernah sekhusyuk itu dalam panjatkan pinta, dibuat bertanya-tanya entah.

Maka ditungguilah hingga sang anak usai dalam munajat panjangnya. Seusainya, dengan malu dan hati-hati, mendekatlah lelaki dewasa itu. Hendak menyapa, kemudian bertanya untuk obati keingintahuannya.

Lepas mengatur tempat duduk, ketika jarak keduanya tak terlampau jauh, ia membuka kata, “Dik, apa yang kaupinta sedari tadi? Hingga air matamu tumpah, hampir habis?”