Bumi Berdenyut 26 Detik Sekali, Kondisi Genting atau Fenomena Biasa?

Mike Ritzwoller, seismolog di University of Colorado, mengatakan kepada Discover, seperti dilansir ibtimes.sg, “Jack tidak memiliki sumber daya pada tahun 1962 yang kami miliki pada tahun 2005 -dia tidak memiliki seismometer digital, dia berurusan dengan catatan kertas.” Ritzwoller sendiri kemudian mengalami sendiri fenomena tersebut beberapa dekade kemudian.

Bumi Berdenyut 26 Detik Sekali, Kondisi Genting atau Fenomena Biasa?

Hampir 20 tahun setelah penelitian Oliver, Gary Holcomb, seorang ahli geologi dari US Geological Survey mengamati lebih dekat gempa kecil pada tahun 1980. Dia memastikan bahwa selama badai, mikroseisme adalah yang terkuat. Itu adalah penyelidikan terfokus terakhir terhadap gempa yang aneh dan hampir tidak terlihat.

Melakukan Triangulasi Asalnya
Betapa beruntungnya, pada tahun 2005 ketika Greg Bensen, seorang mahasiswa pascasarjana saat itu, diminta oleh penasihatnya untuk mempresentasikan data seismik yang telah dia pelajari, sebuah penemuan menarik dibuat.

Ritzwoller menceritakan bahwa ketika Bensen menganalisis beberapa data, dia melihat sinyal kuat yang muncul dari lokasi yang jauh. “Segera setelah kami melihat ini, (peneliti pasca doktoral Nikolai Shapiro) dan saya menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh, tetapi kami tidak tahu apa itu,” kata Ritzwoller, menurut Discover.
Bumi Berdenyut 26 Detik Sekali, Kondisi Genting atau Fenomena Biasa?

Faktanya, tim bahkan berhasil menemukan asal nadi —di suatu tempat di Teluk Guinea, jauh dari pantai barat Afrika. Tim meneliti penelitian Oliver dan Holcomb dan melakukan penelitian pada 2006. Namun penyebab pasti dari denyut nadi belum disepakati. Sementara beberapa mengaitkannya dengan gelombang, yang lain menganggap aktivitas vulkanik yang bertanggung jawab.

Menemukan Sumber di Tengah ‘Kebisingan’
“Kebisingan” atau aktivitas seismik selama waktu tenang —tidak adanya letusan gunung berapi atau gempa Bumi— sangat dikenal di kalangan komunitas ilmiah. Ritzwoller, menjelaskan, Matahari adalah penyebab kebisingan seismik. Karena Matahari cenderung memanaskan ekuator lebih dari dua kutub, arus laut, gelombang, angin, dan badai tercipta. Setelah melakukan kontak dengan garis pantai, energi yang dihasilkan diteruskan ke daratan oleh gelombang.

“Ini seperti jika Anda mengetuk meja Anda. Ini merusak area di dekat buku jari Anda, tapi kemudian menyebar ke seluruh meja. Jadi seseorang yang duduk di sisi lain meja, jika mereka meletakkan tangan, atau mungkin pipi mereka. Di atas meja mereka bisa merasakan getarannya,” jelas Ritzwoller. Meski kebisingan tersebut telah dipelajari selama bertahun-tahun, Ritzwoller mengakui tahun 2005 adalah momen yang menarik baginya.