Catatan Hamka Soal Hubungan Muawiyah dan Ratu Sima di Jawa

Terkait dengan penelitian sejarah-sejarah kuno di Nusantara itu, Buya Hamka menyebutkan bahwa dapat disimpulkan bahwa yang dinamai oleh ahli sejarah dalam catatan China itu bahwa Chopo adalah Tanah Jawa, dan Holing adalah Kerajaan Kalingga. Sementara Ratu Sima, adalah Ratu Sima seorang raja perempuan di Kerajaan Kalingga pada masa itu, dan diakui pula dalam sejarah bahwa beberapa kali Kerajaan Kalingga mengirim utusan ke Negeri China.

Adapun Ta-Cheh, adalah nama yang diberikan oleh orang China kepada seorang Arab. Dalam catatan itu disebutkan yaitu Raja Ta-Cheh yang berarti Raja Arab.

“Maka, berkerutlah kening para peneliti di Barat itu mencari siapa agaknya Raja Ta-Cheh itu. Bahkan, ada saja yang mengambil keputusan bahwa catatan China itu  adalah dongeng saja. Tetapi belakangan ini sudah timbul dalam kalangan mereka yang meninjau kembali dengan seksama tulisan dalam catatan China itu,”tulis Hamka.

Hamka kemudian melanjutkan, bahwa Raja Besar Arab yang mahsyur pada masa itu adalah Muawiyah bin Abu Sufyan. Dia adalah salah satu sahabat Nabi dan peletak dasar kekhalifahan Dinati Bani Umayyah.

“Amat besar kemungkinan tidak ada orang lain tempat memasangkan Raja Ta-Cheh itu melainkan Muawiyah. Besar kemungkinan bahwa penyelidikan ke Tanah Jawa ini amat rapat persangkutannya dengan usaha beliau mendirikan armada Islam. Sebab, beliaulah yang mula-mula mendirikan armada angkatan laut dalam kekhalifahan Islam. Mungkin sekali bahwa setelah utusan itu atau mata-mata menyelidiki sendiri ke Tanah Jawa dan menguji informasi tentang keteguhan hati Ratu Simo. baginda hendak mengirim utusan memasuki pulau-pulau Melayu (Nusantara),” tulis Hamka.

Sementara, catatan lainnya yang menunjukkan adanya hubungan antara kekhalifahan Dinasti Umayyah dengan Nusantara juga tercatat dalam sejarah.