Inilah Bahayanya Ponsel “5G” Terhadap Manusia, Hewan dan Tanaman

Pakar frekuensi radio internasional Profesor Dariusz Leszczynski dari Universitas Helsinki dalam kuliah umum di Universitas Griffith, Brisbane pada (17/8/2017) silam, memperingatkan mengenai kurangnya pemahaman tentang efek kesehatan.

Penelitian yang dipublikasikan pada situs lembaga tersebut mengatakan bahwa teknologi 5G bisa menembus kulit hingga kedalaman 8 milimeter.

“Kita hanya tahu bahwa radiasi ini menembus kulit terdalam. Kita tak tahu betul bagaimana kulit yang berfungsi normal akan terpengaruh,” jelasnya.

Profesor Leszczynski adalah satu dari 30 pakar di tim penelitian internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 yang mengklasifikasikan semua emisi frekuensi radio sebagai kemungkinan karsinogen.

“Tampaknya, kita mengalami deja vu karena pada awal 1980an, kita berpikir bahwa teknologi pemancar berdaya rendah akan aman, tidak ada masalah, namun tiga puluh tahun kemudian nampaknya itu mungkin bersifat karsinogenik,” ujar Profesor Leszczynski.

Apa yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi kerusakan yang akan dilakukan, khususnya pada mata dan kulit kita? Dalam beberapa tahun ke depan, dikhawatirkan akan ada peningkatan masalah mata karena teknologi 5G yang ada di depan pintu kita, pada ponsel cerdas kita, dan pancaran dari menara-menara BTS ponsel.

Mirip seperti azas kerja 5G, beginilah pancaran gelombang Wi-Fi jika terlihat oleh mata. Router pada bangunan dan tiang lampu terlihat melingkari bidang omnidirectional di sekitar mereka. Pancaran Wi-Fi berada pada frekuensi antara radio dan gelombang mikro, yang berarti bahwa gelombang atau denyutan pulsa yang terpancar terpisah sekitar sekitar enam inci, seperti yang ditunjukkan oleh garis-garis berwarna di depan Gedung Kongres AS.

Bahaya gelombang frekuensi 5G terhadap hewan dan tanaman

Radiasi elektromagnetik dari jaringan listrik, wi-fi, tiang telepon dan pemancar siaran, telah nyata menimbulkan ancaman bagi kehidupan liar. Para ahli lingkungan memperingatkan bahwa peluncuran 5G dapat menyebabkan bahaya yang jauh lebih besar.

Sebuah analisis dari 97 studi oleh badan peninjau yang didanai Uni Eropa, EKLIPSE, menyimpulkan radiasi adalah risiko potensial terhadap orientasi serangga, burung serta kesehatan tanaman.

Badan amal Buglife mengatakan, dampak serius pada lingkungan tidak dapat dikesampingkan. Sehingga, pemancar 5G diharapkan berada jauh dari lampu jalan yang menarik serangga, atau area di mana mereka dapat membahayakan satwa liar, seperti dikutip dari Telegraph, Senin (21/8/2018) lalu.

Fenomena burung-burung mati mendadak secara massal.

5G dapat berdampak signifikan pada satwa liar, jika menempatkan pemancar pada lampu jalan LED, yang menarik serangga malam hari seperti ngengat, yang akan meningkatkan paparan radiasi yang berisiko.

Pada Maret 2018 lalu, sebanyak 237 ilmuwan telah menandatangani banding ke PBB meminta mereka untuk mengambil risiko yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik yang lebih serius.

Laporan EKLIPSE menemukan bahwa orientasi magnetik burung, mamalia dan invertebrata seperti serangga dan laba-laba dapat terganggu oleh radiasi elektromagnetik (Electromagnetic Radiation/EMR). Ditemukan juga bahwa metabolisme tanaman akan diubah oleh EMR.

Para penulis review menyimpulkan, ada kebutuhan mendesak untuk memperkuat dasar ilmiah pengetahuan tentang EMR dan dampak potensial mereka terhadap satwa liar.

Secara khusus, ada kebutuhan untuk mendasarkan penelitian masa depan pada eksperimen yang berkualitas, berkualitas tinggi, dapat direplikasi sehingga bukti yang kredibel, transparan dan mudah diakses, agar dapat memberi informasi kepada masyarakat dan pembuat kebijakan untuk membuat keputusan dan menyusun kebijakan mereka.

Bahaya Tower BTS 5G bagi kesehatan

Anak-anak menyerap radiasi microwave 10 kali lebih banyak.

Manusia memiliki gelombang elektromagnetik pada organ-organ tubuh, seperti jantung, hati, otak manusia berkisar pada 8-10 Hz, jadi bayangkan apabila secara konstan tubuh manusa dihujani dengan trilyunan elektro magnetic tiap detik, ini sangat jauh dari alami dan natural.

5G memiliki frequensi yang sangat tinggi 24-90 Ghz, padahal sebelumnya 4G hanya 1-3Ghz, oleh karena itu membutuhkan penempatan tower yang lebih banyak dan berdekatankarena gelombangnya lebih padat,

Para ilmuan mengetahui bahwa gelombang ini akan berdampak lebih berbahaya dibandingkan 4G, yang sudah berakibat fatal dan diindikasikan menyebakan berbagai penyakit seperti pusing, insomnia, dan kanker pada kasus tertentu.

Menara sel 4G saat ini memiliki sekitar selusin port antena untuk mendukung semua komunikasi, sementara menara 5G lebih kecil dan akan menjadi MIMO (Multiple Input Multiple Output) dan membawa sekitar seratus port!

Menara-menara ini tingginya sekitar 4 kaki dibandingkan dengan menara 90 kaki biasa yang saat ini didirikan di sekitar kita. Pemancar akan tersedia dalam jarak 100 meter, dan “antena pintar” ini akan dapat membedakan antara berbagai sinyal yang tercampur di udara, seperti gelombang radio dan sinyal WiFi, dan mengirimkannya kembali secara teratur sehingga dapat “berbicara”.

Tower 5G jauh berbeda dengan 4G, karena tower 5G akan tersebar dimana-mana dan sangat dekat jaraknya dengan pemukiman warga, maka ketika 5G akan di implementasikan, akan ada tower atau gelombang pemancar di setiap jarak lima rumah untuk menyebarkan sinyal 5G, dan ini sangat berbahaya!

Jauh berbeda dengan 4G, tower 5G akan tersebar dimana-mana dan sangat dekat jaraknya dengan pemukiman warga.

Inilah Data Ponsel Dengan Tingkat Radiasi Tinggi

Selain dari tower, ancaman radiasi juga berasal dari ponsel yang Anda bawa. Dilansir oleh Das Bundesamt für Strahlenschutz atau Federasi Perlindungan Radiasi Jerman pada tahun 2019 merilis data ponsel dengan tingkat radiasi tinggi hingga rendah, yang bisa mempengaruhi pendengaran dan tubuh manusia.

Tingkat radiasi pada ponsel dikenal dengan Specific Absorption Rate atau SAR yang merupakan satuan ukuran jumlah energi frekuensi radio yang diserap tubuh saat menggunakan ponsel dengan menggunakan satuan Watt per kilogram.