Rahasia Kesuksesan Vietnam Tangani Covid-19: Jangan Percaya China

Pada pertengahan April, penyebaran komunitas tampaknya telah berhenti. Pada 14 Mei, Vietnam telah membuat 29 hari berturut-turut tanpa kasus yang ditransmisikan secara lokal. Negara ini telah melaporkan total 288 kasus COVID-19, tanpa kematian.

Walau keberhasilan Vietnam telah dikaitkan dengan banyak faktor (tindakan cepat, pelajaran pahit dari SARS, dan sejarah mobilisasi massa baru-baru ini), mereka yang mengenal Partai Komunis Vietnam menunjuk pada sebuah organisasi politik yang berkuasa yang sangat memahami (dan sangat tidak percaya) saudara-saudaranya di utara, China.

“Saya tidak berpikir (China) dapat meyakinkan siapa pun di Vietnam, bahkan anggota Partai Komunis,” ucap Nguyen Quang A, seorang pensiunan pengusaha di Hanoi dan aktivis HAM terkenal kepada The Diplomat.

Dulunya seorang anggota Partai yang loyal dan bankir terkemuka (ia ikut mendirikan apa yang kemudian menjadi bank swasta terbesar Vietnam pada 1993) Quang A mengatakan, para pemimpin negara itu tidak yakin dengan laporan awal yang optimis dari China yang meragukan virus tersebut.

Dengan kedua belah pihak mengoperasikan struktur internal yang sama di negara masing-masing (yang secara teratur mengadakan pertukaran dan acara antar-pihak satu sama lain), Quang A mengatakan para pejabat Vietnam memahami dengan baik pemikiran di balik pengumuman dan keputusan kebijakan yang keluar dari Beijing.

“Komunis Vietnam mengenal mereka dengan sangat baik; mereka mendapat banyak pelajaran dari ‘teman-teman’ mereka di Partai Komunis China,” imbuhnya.

TETANGGA IDEOLOGIS YANG DEKAT, LAWAN GEOPOLITIK YANG PAHIT

Sebagai satu-satunya negara komunis partai tunggal dengan ekonomi besar berorientasi pasar, Vietnam adalah tetangga ideologis terdekat China. Namun setelah penyatuan kembali Vietnam pada 1975, Hanoi menemukan dirinya di blok Soviet pada saat China dan Amerika Serikat bermitra melawan Kremlin pada tahun-tahun terakhir Perang Dingin.

Setelah memukul mundur invasi China yang pendek namun berdarah pada 1979, Vietnam menghabiskan tahun 1980-an melawan proksi Khmer Merah China di Kamboja, di tengah-tengah pertempuran kecil dengan China di darat dan di laut.

Hubungan baru normal kembali pada 1991. Vietnam saat ini menganggap China sebagai ancaman nyata terbesar seiring kedua negara terlibat dalam konflik maritim Beijing di Laut China Selatan. Konsensus populer di Vietnam adalah bahwa China telah menjadi musuh Vietnam selama ribuan tahun.

“Saya pikir baik pemerintah maupun rakyat Vietnam selalu memahami China dan pemerintah China dengan baik, dan karenanya, mereka tidak pernah mempercayai apa yang dikatakan para pemimpin China tentang pandemi ini,” tutur Nguyen Tien Lap, mitra senior di perusaan hukum NHQuang & Associates di Hanoi dan mantan anggota Partai, kepada The Diplomat.

“Para pemimpin Partai Vietnam memahami dengan baik bahwa mereka harus merdeka dari China dalam melindungi rakyat Vietnam,” tambahnya.

Balazs Szalontai, seorang ahli di negara-negara komunis saat ini di fakultas departemen studi Korea Utara Universitas Korea, mengatakan penutupan awal perbatasan Vietnam dan penangguhan penerbangan hampir pasti membuat China kesal, yang pada waktu itu secara luas menentang langkah-langkah tersebut.

“Menilai dari pengaduan publik China kemudian, pihak berwenang China membenci pembatasan perjalanan yang diberlakukan Vietnam pada China pada akhir Januari, dan mereka mungkin mendesak Hanoi untuk mencabutnya sesegera mungkin,” tutur Szalontai, mengutip artikel 11 April dari surat kabar pemerintah China Global Times, yang menuduh bahwa perintah “blokade” Vietnam terhadap China pada hari-hari awal pandemi “konsisten dengan langkah-langkah AS”.

Menurut perusahaan keamanan siber yang bermarkas di AS, FireEye, agen-agen intelijen Vietnam bahkan mungkin telah melancarkan serangan siber terhadap China pada hari-hari awal pandemi untuk mengumpulkan informasi tentang virus tersebut.

APT32 meluncurkan serangan terhadap Kementerian Manajemen Darurat China pada 6 Januari. Itu juga jelas menyerang pemerintah provinsi Wuhan.