Baru Kali Ini Jokowi Ambil Langkah Berani Terhadap Cina

Adapun soal waktu, pemerintah tidak gercep alias gerak cepat. Harusnya saat epidemi virus tersebut mendunia, sesegera mungkin Preisden keluarkan perintah evakuasi. Namun, Presiden baru memberi perintah setelah WHO menetapkan situasi darurat global terkait Corona. Jika hal itu dilakukan lebih awal, mungkin tak seramai ini penolakan warga terhadap WNI dari Wuhan.

Meski pada akhirnya pemerintah mengambil sikap yang cukup bijak dalam penanganan wabah Corona. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto akan menghentikan sementara impor produk makanan dan minuman dari China ke Indonesia. Indonesia juga melakukan penghentian sementara penerbangan dari Cina ke Indonesia dan sebaliknya. Keputusan ini dibuat berdasarkan protokol internasional.

Imbasnya, China ngambek. Mereka bahkan mewanti-wanti sikap Indonesia yang dinilai berlebihan ini bakal merugikan ekonomi Indonesia. Karena mereka mengklaim sebagai salah satu sumber investasi terbesar di Indonesia.

Sikap pemerintah Indonesia patut diapresiasi. Baru kali ini mengambil langkah berani. Karena sejauh ini, Indonesia selalu terlihat melunak kepada China. Kebijakannya juga cenderung mendukung negeri tirai bambu itu leluasa berinvestasi di Indonesia. Alangkah baiknya pula pemerintah juga menghentikan tenaga kerja asing yang eksodus ke Indonesia. Karena TKA itu justru mematikan pekerja pribumi.

Sangat bijak pula jika Indonesia juga mau membatasi impor-impor lain dari Cina. Agar pengusaha lokal juga tidak mati karena membanjirnya produk Cina. Seperti semen Cina, Baja Cina, bawang putih, plastik, mainan, dan sebagainya. Negeri kita tercinta ini sudah cukup sesak dengan barang-barang dari Cina.

Kalau pemerintah berani, kami acungi jempol berkali-kali. Jangan hanya berani saat nyawa rakyat terancam. Tidak pula ‘angin-anginan’ saat menetapkan kebijakan. Lebih bagus lagi jika Indonesia bisa keluar dan terbebas dari lingkaran kapitalis-liberal yang banyak menyengsarakan rakyat dan merugikan negara. Berani nggak? [glr]

Chusnatul Jannah

Penulis adalah aktivis Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban.