Banyak Proyek Pimpinan China Dibatalkan di Afrika, Apa Kabar Inisiatif Sabuk dan Jalan?

Banyak Proyek Pimpinan China Dibatalkan di Afrika, Apa Kabar Inisiatif Sabuk dan Jalan?

eramuslim.com – Kerjasama yang dijalin oleh China dan sejumlah negara di kawasan Afrika mengundang tanda tanya akan kelangsungannya di masa depan.

Pasalnya, sejumlah laporan media baru-baru ini menunjukkan bahwa beberapa negara Afrika menangguhkan atau membatalkan sejumlah investasi dan kerjasama proyek yang dipimpin oleh perusahaan China.

Singapore Post dalam sebuah artikel pada awal pekan ini mengabarkan bahwa beberapa negara telah membatalkan kontrak karena pekerjaan “buruk” dari perusahaan China telah menjadi sumber ketegangan bagi dispensasi di Afrika.

Salah satu negara yang membatalkan kontrak adalah Ghana. Pemerintah negara tersebut membatalkan kontrak dengan perusahaan Beijing Everyway Traffic and Lighting Tech, yang akan mengembangkan sistem manajemen lalu lintas cerdas untuk negara tersebut.

Menyusul kemudian Presiden Republik Demokratik Kongo (DRC) Felix Tshisekedi yang menyerukan peninjauan kembali kontrak pertambangan yang sebelumnya ditandatangani dengan China pada 2008. Tshisekedi mengatakan bahwa dia ingin mendapatkan kesepakatan yang lebih adil untuk negaranya serta mengaku tidak senang dengan kecenderungan eksploitatif China.

“Mereka yang dengannya negara menandatangani kontrak menjadi semakin kaya, sementara orang-orang Kongo tetap miskin,” ujarnya, sebagaimana dikabarkan media ANI News.

Menoleh sedikit ke belakang, pada tahun 2008, Presiden Kongo saat itu Joseph Kabila, yang berkuasa dari 2001 hingga 2019, menandatangani kesepakatan dengan perusahaan yang didukung negara China, Sinohydro Corp dan China Railway Group. Berdasarkan perjanjian tersebut, perusahaan-perusahaan China ini akan membangun jalan, rumah sakit, dan jembatan di Kongo dengan imbalan 68 persen saham di perusahaan Sicomines negara itu.

Namun, menurut publikasi The Singapore Post, muncul masalah yang menyelimuti proyek-proyek yang dipimpin China di Kongo.

Akhirnya, pemerintah Ghana pun membatalkan proyek tersebut karena mereka menemukan bahwa pekerjaan Everyway Traffic and Lightening Tech tidak memuaskan.

Selain itu, negara lain di Afrika, yakni Kenya juga mengambil keputusan serupa. Pada bulan Juli tahun lalu, pengadilan tinggi Kenya memerintahkan pembatalan kontrak senilai 3,2 miliar dolar AS antara Kenya dan China untuk pembangunan Standard Gauge Railway. Pengadilan menyebut seluruh proyek “ilegal” serta kereta api Kenya yang dikelola negara gagal mematuhi hukum negara itu dalam pengadaan Kereta Api Pengukur Standar.