Menengok Kebijakan Sekuler Ataturk di Turki yang Diubah Erdogan

 

Mengubah Hagia Sophia Kembali Menjadi Masjid

 

Salah satu perubahan besar pada warisan sekularisme Ataturk adalah diubahnya kembali Hagia Sophia, Istanbul, menjadi masjid.

“Warisan misalkan Hagia Sophia. Hagia Sophia itu dulunya masjid di zaman Ottoman, kemudian di zaman Ataturk dikonversi jadi museum. Di zamannya Erdogan dikonversi lagi menjadi masjid,” ungkap Sya’roni.

Dikutip dari Deccan Herald, Masjid Hagia Sophia ditutup oleh Ataturk pada 1930. Empat tahun berselang, ia membuka kembali Hagia Sophia–kali ini sebagai museum, untuk memperkuat kredensial Turki sebagai negara sekuler dan memisahkan dari bayang-bayang Ottoman.

Namun, pada Juli 2020, hampir 90 tahun setelahnya, Erdogan mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid.

 

Pembangunan Masjid Besar di Wilayah Plaza Taksim

Salah satu “tantangan” dari Erdogan pada warisan Ataturk adalah dengan membangun masjid besar di Plaza Taksim, Kota Istanbul. Menurut Sya’roni, wilayah Taksim dikenal sebagai kawasan komunitas sekuler.

“Di Turki ada daerah Taksim, di Taksim ada Monumen Ataturk dan monumen kalangan nasionalis. Di daerah sana dikenal sebagai kawasan kelompok sekuler atau liberal,” kata dia.

“Baru-baru ini Erdogan meresmikan sebuah masjid yang sangat besar di sana. Dulu ada peristiwa, gerakan menolak ide pembangunan masjid. Tapi baru-baru ini Erdogan membangun masjid besar sekali di situ.”

Pada Mei 2021, Presiden Erdogan meresmikan sebuah masjid megah dengan kubah setinggi 30 meter. Bangunan suci tersebut menjulang di hadapan Monumen Republik. Tetapi, pembangunan di area Gezi Park ini mendapatkan penolakan dari banyak pihak.

Warga berdemonstrasi menolak rencana pembangunan di wilayah tersebut pada 2013. Salah satu hal yang ditentang oleh warga, dikutip dari BBC, adalah penghilangan area hijau dan akses ke plaza Taksim akan menjadi terlalu ketat.