Dr. Syahganda Nainggolan: Merdeka, Persatuan dan Perpecahan

Isu ketiga adalah radikalisme Islam. Mahfud menuduh TNI kecolongan karena menerima Enzo jadi TNI. Mahfud sebagai petinggi  Badan Pancasila, BPIP, mengatakan bahwa Enzo terpapar Radikalisme. Di sisi lain Mahfud menuduh ada pangeran Arab Saudi datang dengan uang jutaan dollar menggerakkan radikalisme di Indonesia.

Isu keempat dalam skala negara, Surya Paloh melakukan “self declaration” bahawa Indonesia bukanlah negara Pancasila. Ketika saat bersamaan, mantan narapidana Ahok menyatakan bahwa orang2 anti Pancasila harus hengkang dari negeri ini, malah Paloh mengatakan Indonesia adalah Negara Kapitalis Liberal. Dibagian lain di Yogyakarta, dua hari lalu, Jusuf Kalla mengatakan membicarakan Pancasila semakin banyak semakin membingungkan.  Alias pusing tujuh keliling, Pancasila buat pusing.

Paloh tidak kalah hebat dari Mahfud soal siapa dia. Paloh adalah penyumbang utama kemenangan Jokowi. Baik karena media Metro TV yang terang2an melanggar kaidah netralitas media demi Jokowi, maupun pengaruhnya menggerakan pemerintahan daerah mendukung Jokowi via pengaruhnnya. Jika Jokowi tanpa Paloh, ibarat Jokowi mungkin sudah kalah sebelum bertarung. Jadi pengamatan Paloh, karena posisi kekuasaan dia, bahwa tidak ada Pancasila dalam bernegara, merupakan isu valid dan sentral.

Isu kelima, dalam skala bangsa, Megawati sudah menginisiasi front bersama Prabowo Subianto sebuah isu persatuan nasional. Namun, persatuan “nasi goreng” ini dipersepsikan bukan persatuan sesungguhnya pula, melainkan persatuan politik “kelanjutan perjanjian batu tulis”, yakni penguasaan kekuasaan ditangan Mega-Prabowo saat ini dan atau lanjut 2024 Prabowo – Puan. Dalam pidatonya di Kongres PDIP ke V di Bali, Megawati  malah tidak berbicara persatuan nasional dalam perspektif negara, bangsa dan masyarakat. Megawati lebih mengumbar kemenagan Jokowi karena keberadaan dirinya dan hak-haknya mendapatkan menteri yang banyak dan terbanyak.

Mengapa ancaman perpecahan bangsa kita begitu potensial menjadi perang saudara?

Saudara saya Natalius Pigai mengirim satu tulisan “Jangan Memasuki Red Line” dan sebuah video pemuda2 Papua yang marah.