Halaqah Ulama Kedua: Ma’ruf Amin Jadi Cawapres Salahi Aturan Nahdliyyin

Kemudian, KH Nasihin Hasan dari Jakarta, KH Maimun dari Sumenep, Kiai Muzamil dari Jogjakarta, serta Tengku Bulkaini dari Aceh. Ada pula Musthofa Abdullah dari Bogor serta Endang Muttaqin dari Tangerang, beberapa kiai lainnya dari sejumlah daerah di Indonesia.

Peserta pertemuan juga menyepakati untuk digelar pertemuan lanjutan di tempat lain, bulan depan. Dengan digaetnya Ma’ruf Amin sebagai tokoh dan ulama NU sebagai cawapres, hal ini akan membuat sedikit sulit bagi paslon Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.

Pengaruh Ma’ruf Amin di struktural pengurus NU tentunya masih sangat kuat. Terbukti, atas nama warga NU yang datang ke rumahnya menyatakan dukungannya kepada paslon Jokowi – Ma’ruf. Pada umumnya, ulama struktural NU condong ke paslon ini.

Berbeda dengan ulama kultural NU yang lebih memilih mendukung paslon Prabowo – Sandi  daripada Jokowi – Ma’ruf. Pasalnya, selama kepemimpinan Said Aqil Siradj dan Ma’ruf, NU lebih cenderung “bermain politik” ketimbang mengurusi umat Islam.

Menurut para dzurriyah muassis (anak cucu pendiri) NU, politisasi organisasi NU semakin hari semakin masif. Apalagi ada yang secara terbuka mengkampanyekan paslon Jokowi – Ma’ruf.

Ketua NU Garis Lurus, KH Luthfi Bashori Alwi menilai, NU yang ada saat ini telah banyak menyimpang, terutama di tingkat struktural. Mereka secara terang-terangan berdakwah dan menyeru mendukung paslon KoRuf pada Pilpres 2019.

Jadi, “Ini sudah melanggar AD/ART NU, apalagi berdakwah menggunakan fasilitas PBNU. Mereka sudah keluar dari khitthah NU,” ujar Luthfi Bashori, seperti dilansir Nusantara.News, Rabu (24/10/2018).

Itulah yang melatarbelakangi digelarnya halaqah nahdliyah khitthahdi Ponpes Tebuireng asuhan KH Salahuddin Wahid, Jombang, Rabu. Tujuannya, mengembalikan NU pada jalan yang benar.