Soal Freeport, Indonesia Diakali Rio Tinto dan McMoran ?

Eksekusi kesepakatan kedua transaksi tersebut menjadikan Inalum sebagai  pemegang 51,2 persen saham PT FI dan FCX memegang 48,8 persen sisanya. Selain itu, disepakati bahwa FCX tetap menjadi pengendali operasional PT FI. Ini merupakan kekalahan kedua.

Jika restrukturisasi tidak berjalan maka pendapatan dividen ke negara berkurang mulai 2022 karena RIO akan langsung mendapatkan 40 persen hak atas produksi Grasberg hingga 2041.

Kenyataannya, Rio telah dianggap merusak lingkungan Papua atas operasi di Grasberg yang tidak ramah lingkungan. Hal tersebut diketahui dari audit Bapak dan surat LKH kepada Freeport.

Kekalahan Indonesia dalam divestasi freeport diantaranya adalah (1) Konversi Participant Interest menjadi Share Interest (SAHAM) dengan perbandingan 1:1 di mana McMoran masih mendapatkan 82 persen economical interest sampai 2022 seharusnya McMoran hanya mendapatkan jatahnya saja 48,8 persen  deviden sejakf 2019. (2) Freeport tetap menjadi pengendali operasional sampai 2022. (3) Struktur Direksi Strategis PTFI masih dikuasai pemilik lama. (4) Diperpanjangnya Freeport sampai 2041 tanpa keuntungan berarti bagi Indonesia di jangka pendek. (5) Kerusakan Lingkungan Rp185 triliun dinegosiasikan. (5) Inalum tidak mendapatkan Deviden sampai 2022, sementara FCX tetap dapat meski terjadi penurunan laba PTFI 2019-2022 (6) RIO Untung besar lebih dari 258% dari aset 2017 yang seharusnya aset RIO sudah mendekati nol karena kontrak 2021 hampi habis. (7) INALUM harus mengeluarkan aset lancarnya (cash) sebesar Rp5,1-10,4 triliun atau 351 juta-720 juta USD dari perusahaan holding untuk membayar kupon global bond 4 miliar USD dalam kurun 2019-2022. Belum termasuk membayar pokok utang jatuh tempo 3 tahun (2019-2022) senilai 1 miliar USD.

Apa penyebabnya kekalahan tersebut, dikarenakan tim negosiasi Indonesia tidak memahami bahwa perpanjangan kontrak karya 2041 adalah aset yang tidak ternilai yang harusnya Indonesia mendapatkan hak yang lebih baik. Penerbitan dan terjualnya global bond 4 miliar dolar AS dalam kurun waktu singkat sekali yaitu 1 bulan diduga adalah kompensasi berbagai kekalahan tersebut.