Soal Poros Partai Islam, Bagaimana Dengan Yang Jadi Bagian Rezim?

“Saya melihatnya itu kepanikan dari partai-partai Islam yang sudah mulai ditinggalkan pendukungnya, yang kemudian mereka mencoba bermanis-manis seolah-olah membangun koalisi Islam. Jangan sampai artinya koalisi partai Islam digagas suatu partai yang mulai ditinggalkan oleh pendukungnya, jadi partai partai yang sudah tidak mendapat dukungan publik kemudian mereka mencoba untuk menyuarakan seolah-olah menyuarakan suara Islam, padahal nggak juga tuh,” ucapnya.

Lebih lanjut, Agung menyinggung koalisi poros partai Islam ini mungkin dibentuk oleh partai yang saat ini memiliki elektabilitas di bawah 1 persen. Dia menyebut partai itu tidak pernah bersuara terkait persoalan yang dihadapi umat Islam.

“Partai-partai yang sudah mulai 0 koma, 0 koma itu kan, mereka itu kan label Islam, tapi ketika ada persoalan Islam mereka tidak pernah bersuara, tidak pernah menyuarakan apa yang menjadi keprihatinan umat Islam, termasuk yang saat ini umat Islam dikriminalisasi dan lain lain, itu mereka nggak, tokoh-tokoh Islam ya, mereka diam-diam aja tuh,” ujarnya.

Seperti diketahui, Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan Ketum PPP Suharso Monoarfa sempat bertemu. PKS dan PPP membuka peluang membentuk poros partai Islam pada Pemilu 2024.

“Itu ide bagus. Why not? PKS prinsipnya adalah partai yang visinya rahmatan lil’alamin. Kita ingin menyambut siapa pun yang ingin bergabung dengan kita dan kita akan menyatukan kerja sama besar kita untuk keumatan maupun dari yang lain. Jadi sangat mungkin,” ujar Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Al Habsyi di DPP PKS, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (14/4).

Hal itu dia sampaikan saat ditanya soal kemungkinan PPP dan PKS membentuk poros partai Islam pada Pemilu 2024. Meski demikian, Al Habsyi menyebut Pemilu 2024 masih jauh.

“Tapi ini waktu masih jauh, masih panjang. Tapi penjajakan-penjajakan ini dalam waktu 2,5 tahun, sangat memungkinkan,” ucap dia.(detik)