Staf Menkeu Bilang Utang Negara Masih Aman, Politikus Demokrat: Propaganda dan Pembodohan Publik

Lebih lanjut, Ardi menilai, persentase defisit terhadap PDB sebenarnya irrelevant dan cenderung menyesatkan.  Karena defisit ini direncanakan pada tahun 2020 batas 3% itu dengan kesepakatan DPR diabaikan.

“Kenapa itu bisa menyesatkan? Seolah 3% atau 6% itu kecil. Anda lihat di tahun 2021 ini. Belanja kita 2750 T. Yang kita biaya sendiri 1.743 T. Sisanya ngutang. Artinya 36.5% belanja kita itu asalnya dari utang. Dan itu tentu saja besar,” katanya.

“Saya ngga paham pakai standard apa untuk bilang ranking 132 dari 168 itu sanat bagus? Rezim ini standardnya emang bikin kening berkerut,’ sambungnya.

Dia mengatakan, kenaikan aset itu jelas mendapat booster dari revaluasi aset negara.

“Berbicara kenaikan aset ini terkait dengan utang produktif itu jelas ngga tahu malu aja,” ucapnya.

“Ini jelas propaganda kosong. Karena yg dilatin di sini adalah apa yg dikeluarkan dari kantong pemerintah. Hasilnya apa sih? Tetap saja harga-harga naik. Minyak goreng langka. Harga BBM naik. Hulunya sih sama. Rezim yang ngga kompeten aja,” tuturnya. [FIN]